Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulis sebagai Warisan Peradaban

15 September 2024   16:15 Diperbarui: 15 September 2024   16:16 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Bhumi Literasi

Menulis bukan hanya sekadar menuangkan kata-kata di atas kertas, melainkan juga sebuah upaya untuk meninggalkan jejak bagi peradaban. Hal ini diungkapkan oleh Rizal Mutaqin, pendiri Bhumi Literasi, dalam pernyataannya yang menggugah, "Dengan menulis, seseorang tidak hanya mencatatkan kisah hidupnya, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat dan peradaban." Dalam konteks ini, menulis menjadi lebih dari sekadar aktivitas individu; ia adalah medium transformasi sosial dan kultural.

Menurut Rizal, setiap tulisan yang dihasilkan bukan hanya merekam sejarah personal, tetapi juga mengabadikan pandangan hidup, pemikiran, dan pengalaman yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Bhumi Literasi, sebuah inisiatif yang didirikannya, berupaya mendorong kesadaran akan pentingnya literasi sebagai instrumen perubahan. Literasi, dalam pandangannya, tidak terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi secara efektif.

Seiring berkembangnya teknologi, tantangan dalam dunia literasi pun berubah. Namun, bagi Rizal, era digital ini justru membuka peluang yang lebih besar untuk menulis dan menyebarluaskan ide. "Setiap orang kini memiliki kesempatan untuk menulis dan menyuarakan pikirannya," katanya. Namun, ia juga mengingatkan bahwa tanggung jawab moral menyertai kebebasan ini. Setiap tulisan yang dipublikasikan harus berdasar pada niat untuk memperbaiki, membangun, dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Bhumi Literasi didirikan dengan misi memperkuat budaya literasi di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Melalui berbagai program seperti pelatihan menulis, diskusi buku, dan seminar literasi, Rizal berupaya membangkitkan semangat menulis di tengah masyarakat. Menulis, menurutnya, adalah sarana untuk mengartikulasikan pandangan kritis terhadap isu-isu sosial, politik, dan budaya yang berkembang.

Dalam dunia yang semakin kompleks, menulis menawarkan cara untuk merefleksikan pengalaman hidup, serta memahami dunia di sekitar kita. Setiap kalimat yang ditulis bukan hanya mencerminkan pandangan penulis, tetapi juga membuka dialog dengan pembaca. "Tulisan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi cara pandang orang lain," kata Rizal. Hal ini penting dalam membentuk peradaban yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Salah satu visi Bhumi Literasi adalah menciptakan generasi penulis yang tidak hanya menulis untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk memberikan sumbangsih intelektual kepada masyarakat. Rizal percaya bahwa menulis dapat menjadi alat pemberdayaan, terutama bagi mereka yang selama ini tidak memiliki suara di ruang publik. "Ketika seseorang menulis, ia sedang membangun jembatan antara dirinya dan dunia luar," jelasnya.

Meskipun menulis sering kali dianggap sebagai aktivitas yang bersifat individu, Rizal menekankan pentingnya kolaborasi dan komunitas dalam proses kreatif. Ia percaya bahwa interaksi dengan sesama penulis dan pembaca akan memperkaya ide dan gagasan. Oleh karena itu, Bhumi Literasi juga berperan sebagai wadah untuk bertukar pikiran dan berdiskusi tentang berbagai tema yang relevan dengan kehidupan masyarakat.

Di tengah pesatnya arus informasi, Rizal mengingatkan pentingnya menulis dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab. "Tulisan yang baik adalah yang lahir dari ketulusan dan komitmen untuk menyebarkan kebaikan," katanya. Dengan demikian, menulis bukan hanya kegiatan intelektual, tetapi juga tindakan moral yang mempengaruhi perkembangan peradaban manusia.

Dengan Bhumi Literasi, Rizal berharap dapat menciptakan ekosistem literasi yang kuat di Indonesia. Melalui peningkatan literasi, masyarakat diharapkan lebih kritis, kreatif, dan mampu berperan aktif dalam membangun bangsa. Menulis, dalam pandangan Rizal, bukan hanya tentang menuangkan kata-kata, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik.

Pada akhirnya, Rizal Mutaqin meyakini bahwa menulis adalah tindakan perlawanan terhadap lupa. Dalam setiap kalimat yang ditulis, terdapat kekuatan untuk mempengaruhi dunia dan menciptakan perubahan. "Menulis adalah cara untuk tidak hanya dikenang, tetapi juga untuk memberikan jejak yang berarti bagi peradaban manusia," pungkasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun