Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Pikiran Tetap Abadi Melalui Tulisan: Refleksi dari Founder Bhumi Literasi

10 September 2024   11:12 Diperbarui: 10 September 2024   11:15 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital yang serba cepat dan penuh distraksi ini, keberadaan sebuah tulisan sering kali dianggap remeh. Namun, menurut Rizal Mutaqin, Founder Bhumi Literasi, tulisan memiliki peran penting dalam menjaga dan mengabadikan gagasan seseorang. "Tanpa jejak tulisan, pikiran seseorang akan tenggelam di tengah hiruk-pikuk zaman," ungkapnya dalam sebuah diskusi literasi yang membahas pentingnya menulis bagi generasi milenial.

Tulisan bukan sekedar rangkaian kata, melainkan jejak pemikiran yang mampu menembus batas waktu. Gagasan-gagasan yang dituangkan dalam tulisan akan tetap ada dan bisa diakses oleh generasi mendatang. Dalam hal ini, Rizal Mutaqin menekankan bahwa menulis adalah cara efektif untuk menjaga agar pemikiran tidak lenyap begitu saja di tengah derasnya arus informasi.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, banyak orang lebih memilih mengungkapkan pikiran melalui media sosial yang sifatnya sementara. Meski cepat dan praktis, bentuk komunikasi ini sering kali tidak mampu menangkap kedalaman sebuah gagasan. Tulisan yang tertata, baik dalam bentuk artikel, buku, maupun esai, menawarkan ruang bagi refleksi dan analisis yang lebih dalam, sesuatu yang sering kali hilang dalam dunia maya yang serba instan.

Bhumi Literasi, sebagai wadah yang didirikan oleh Rizal Mutaqin, lahir dari keyakinan bahwa menulis adalah sebuah bentuk warisan yang berharga. Lembaga ini berfokus pada pengembangan literasi dan memotivasi masyarakat untuk menulis, dengan harapan agar lebih banyak orang yang mampu menghasilkan karya-karya yang bermakna. "Literasi bukan hanya tentang membaca, tapi juga tentang bagaimana kita bisa mengekspresikan diri melalui tulisan," tambahnya.

Tulisan juga memiliki peran penting dalam membentuk peradaban. Sejarah mencatat bahwa banyak pemikir besar yang ide-idenya tetap hidup berkat karya tulis mereka. Dari karya Plato hingga Kartini, tulisan telah menjadi medium yang menghubungkan kita dengan masa lalu, membantu kita memahami perjalanan pemikiran manusia dari waktu ke waktu.

Menurut Rizal, salah satu tantangan terbesar di era modern ini adalah bagaimana menanamkan kebiasaan menulis di tengah generasi muda yang lebih terbiasa dengan visual dan audio. Namun, ia optimis bahwa dengan pembinaan yang tepat, generasi saat ini masih bisa menemukan kekuatan dari tulisan sebagai bentuk ekspresi diri dan sarana untuk berbagi gagasan.

Di Bhumi Literasi, upaya untuk mengembangkan minat menulis tidak hanya terbatas pada kalangan akademisi atau penulis profesional, tetapi juga menjangkau masyarakat luas, termasuk anak-anak dan remaja. Melalui program-program kreatif, Bhumi Literasi berusaha menciptakan lingkungan yang mendukung lahirnya karya-karya tulisan dari berbagai lapisan masyarakat.

Rizal percaya bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menulis dan menyumbangkan gagasan mereka untuk kemajuan bersama. "Setiap tulisan adalah cerminan dari keunikan pikiran penulisnya, dan itu adalah sesuatu yang tidak boleh kita sia-siakan," tegasnya. Dalam pandangannya, menulis bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang mewariskan nilai-nilai dan wawasan kepada generasi mendatang.

Pada akhirnya, tulisan adalah alat yang memungkinkan seseorang untuk terus eksis di dunia, bahkan setelah mereka tiada. Seperti yang disampaikan Rizal Mutaqin, "Tulisan adalah warisan abadi. Tanpa itu, pikiran kita akan tenggelam, dan apa yang kita yakini akan hilang tanpa jejak."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun