Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kenangan yang Abadi

28 Agustus 2024   08:52 Diperbarui: 28 Agustus 2024   09:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Bhumi Literasi

Tiga tahun telah berlalu sejak kepergian Abah dari Rizal Mutaqin menghadap Sang Pencipta. Meskipun waktu terus berjalan, rasa kehilangan itu tidak pernah sepenuhnya hilang. Bagi Rizal, Abah bukan hanya seorang ayah, tetapi juga sosok yang penuh cinta dan kebijaksanaan, yang selalu hadir dalam setiap langkah hidupnya. "Meski raga tak lagi bersua, cinta dan kenangan tentangmu akan selalu hidup dalam hati kami," demikian ungkapan hati Rizal yang menggambarkan betapa dalamnya rasa rindu terhadap Abah.

Kepergian Abah membawa duka yang mendalam bagi Rizal, namun juga mengajarkan banyak hal tentang arti cinta yang sejati. Cinta yang tidak pernah pudar meskipun sang pemilik raga telah tiada. Dalam kenangan Rizal, Abah tetap hadir di setiap momen penting dalam hidupnya, seakan-akan masih membimbing dan memberinya kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup.

Masa-masa yang dilalui bersama Abah selalu menjadi kenangan yang tak terlupakan. Rizal kerap mengenang momen-momen berharga itu, mulai dari percakapan ringan hingga nasihat bijak yang diberikan Abah di berbagai kesempatan. Setiap kenangan tersebut seolah menjadi harta karun yang berharga, yang selalu menjaga Rizal untuk tetap tegar dan kuat dalam menghadapi kehidupan.

Meski fisiknya telah tiada, Rizal merasa bahwa Abah selalu ada di sisinya. Perasaan ini bukan hanya sekedar imajinasi, melainkan sebuah kenyataan spiritual yang memberikan rasa tenang dan damai. Dalam doa dan setiap tindakan, Rizal selalu merasa bahwa Abah memperhatikannya, memberikan arahan yang tak kasat mata, dan melindunginya dari kejauhan.

Kenangan tentang Abah bukan hanya sekedar nostalgia, tetapi juga sumber inspirasi bagi Rizal. Setiap langkah yang diambilnya dalam karir dan kehidupan sehari-hari selalu didasari oleh nilai-nilai yang telah diajarkan oleh Abah. Cinta dan pengorbanan yang ditunjukkan oleh Abah selama hidupnya menjadi teladan yang terus dipegang teguh oleh Rizal.

Tiga tahun berlalu, namun cinta dan rasa hormat Rizal kepada Abah tidak pernah berkurang. Bahkan, seiring berjalannya waktu, perasaan itu semakin kuat. Bagi Rizal, cinta kepada Abah adalah cinta yang abadi, yang tidak terikat oleh waktu dan ruang. Kenangan tentang Abah selalu hidup dalam setiap hembusan napas dan detak jantungnya.

Ketika menghadapi kesulitan, Rizal sering kali merenungkan apa yang mungkin Abah katakan atau lakukan. Ini menjadi semacam komunikasi batin yang terus berlanjut meski tanpa suara. Abah selalu menjadi sumber kekuatan moral dan spiritual bagi Rizal, yang membantunya untuk tetap teguh dan berani dalam menjalani hidup.

Rizal percaya bahwa meskipun Abah telah tiada, cinta dan doa-doa yang selalu dipanjatkannya akan sampai kepada Abah di alam yang berbeda. Keyakinan ini memberikan rasa tenang dan kekuatan untuk terus menjalani kehidupan dengan penuh semangat, meskipun tanpa kehadiran fisik Abah di sisinya.

Tiga tahun adalah waktu yang cukup lama, tetapi bagi Rizal, perasaan kehilangan itu terasa seperti baru kemarin. Namun, dia juga menyadari bahwa cinta sejati tidak pernah benar-benar kehilangan, melainkan berubah menjadi kenangan indah yang abadi. Setiap hari, Rizal membawa cinta itu dalam hatinya, sebagai pengingat bahwa Abah selalu bersamanya, dalam setiap langkah dan keputusan yang diambilnya.

Bagi Rizal, kepergian Abah bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari hubungan spiritual yang lebih dalam. Hubungan yang tidak lagi terikat oleh batasan duniawi, tetapi dipersatukan oleh cinta dan kenangan yang abadi. Dengan demikian, Abah akan selalu hidup dalam hati Rizal, memberikan cahaya dan bimbingan di setiap perjalanan hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun