Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pak Imran Nangkap Tuyul

21 Agustus 2024   11:03 Diperbarui: 21 Agustus 2024   11:09 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tuyul gundul https://play.google.com/store/apps/details?id=com.pologames16.tuyul

Di sebuah desa kecil yang terletak di pinggir hutan, hiduplah seorang pria bernama Pak Imran. Dia terkenal sebagai orang yang disiplin dan rajin bekerja. Setiap pagi, dia bangun sebelum matahari terbit untuk pergi ke sawah. Namun, akhir-akhir ini, ada hal aneh yang membuatnya terganggu. Hasil panennya semakin berkurang tanpa alasan yang jelas. Banyak warga desa yang juga mengeluhkan hal yang sama. Desas-desus tentang tuyul yang berkeliaran di desa pun mulai terdengar.

Pak Imran awalnya tidak percaya dengan cerita-cerita itu. Menurutnya, tuyul hanyalah mitos yang diceritakan untuk menakut-nakuti anak-anak. Namun, setelah beberapa kali melihat jejak-jejak kaki kecil di sekitar rumahnya, dia mulai ragu. Suatu malam, dia memutuskan untuk berjaga-jaga, memastikan sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan persiapan yang matang, Pak Imran memasang jebakan di sekitar rumahnya. Dia menaruh tepung di lantai untuk melihat jejak kaki dan menyebarkan benih padi yang sudah diberi tanda khusus. Malam itu, dia tidak tidur dan menunggu di balik jendela dengan sabar. Di tengah malam, ketika suasana sudah sunyi, terdengar suara gemerisik di dapur.

Dengan cepat, Pak Imran menuju sumber suara. Dalam kegelapan, dia melihat bayangan kecil bergerak lincah. Tanpa ragu, dia mengejar bayangan itu dan berhasil menangkapnya dengan tangan kosong. Ternyata, yang dia tangkap adalah makhluk kecil berkulit hitam, tidak lebih tinggi dari lututnya. Matanya besar dan tajam, dengan senyuman nakal di wajahnya. Pak Imran sadar, dia telah menangkap tuyul.

Tuyul itu meronta-ronta mencoba melepaskan diri, tapi Pak Imran tidak membiarkannya kabur. Dengan hati-hati, dia membawa tuyul itu ke dalam rumah dan menguncinya di dalam kandang ayam. Pagi harinya, Pak Imran segera memanggil tetangga-tetangganya untuk melihat hasil tangkapannya. Warga desa berkerumun di sekitar rumahnya, penasaran ingin melihat tuyul yang selama ini meresahkan mereka.

Ketika para tetangga berkumpul, mereka terkejut melihat tuyul itu. Mereka merasa lega sekaligus takut. Tuyul itu tidak berdaya, hanya duduk di dalam kandang sambil memandangi mereka dengan tatapan yang licik. Warga desa berdebat tentang apa yang harus dilakukan dengan makhluk tersebut. Beberapa ingin segera menyingkirkannya, sementara yang lain berpikir untuk memanfaatkan tuyul itu demi keuntungan pribadi.

Pak Imran, dengan bijaksana, memutuskan untuk tidak membiarkan emosi menguasai dirinya. Dia berpikir, makhluk ini harus dikembalikan ke tempat asalnya agar tidak lagi mengganggu mereka. Bersama beberapa tetua desa, Pak Imran membawa tuyul itu ke dukun desa yang terkenal bisa berkomunikasi dengan makhluk halus.

Setelah bernegosiasi dengan dukun desa, akhirnya diputuskan bahwa tuyul itu akan dilepaskan di hutan terlarang, tempat yang konon menjadi sarangnya. Tuyul itu diminta untuk tidak kembali mengganggu warga desa. Setelah upacara pemulangan, tuyul itu pun dilepas, dan suasana desa kembali tenang seperti sedia kala.

Sejak saat itu, tidak ada lagi hasil panen yang hilang atau jejak-jejak misterius di desa. Pak Imran menjadi pahlawan di mata warga, meskipun dia tetap rendah hati dan mengatakan bahwa dia hanya melakukan apa yang seharusnya. Dia kembali bekerja di sawah dengan tenang, bersyukur karena ketenangan desa telah kembali.

Cerita tentang Pak Imran yang menangkap tuyul kemudian menjadi legenda di desa itu, diceritakan dari generasi ke generasi. Pak Imran sendiri hanya tersenyum setiap kali mendengar ceritanya dibahas, merasa bangga karena berhasil melindungi desanya dari gangguan yang tak kasat mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun