Kepemimpinan Intuisi Militer", Brigjen TNI Dr. Fitry Taufiq Sahary menggarisbawahi pentingnya kepemimpinan adaptif dalam menghadapi tantangan perang modern. Kepemimpinan adaptif menjadi krusial tidak hanya dalam menghadapi situasi perang simetris tetapi juga asimetris, serta ancaman-ancaman baru yang semakin kompleks.
Dalam buku "Perang simetris, yang melibatkan dua kekuatan militer yang setara, sering kali dapat diprediksi dan dikelola dengan strategi konvensional. Namun, perang asimetris, di mana satu pihak jauh lebih kuat dari yang lain, membutuhkan pendekatan yang lebih fleksibel dan inovatif. Dalam konteks ini, kepemimpinan adaptif memungkinkan komandan untuk cepat menyesuaikan strategi mereka terhadap dinamika yang berubah.
Ancaman-ancaman baru seperti terorisme, cyber warfare, dan konflik non-konvensional telah mengubah lanskap peperangan. Terorisme, dengan sifatnya yang tidak terduga dan kemampuan untuk menyerang target sipil, memerlukan respons yang cepat dan efektif. Dalam hal ini, seorang pemimpin militer yang adaptif harus mampu mengantisipasi dan merespons serangan dengan cara yang inovatif dan tidak terduga.
Cyber warfare atau perang siber menambah dimensi baru dalam strategi militer modern. Serangan siber dapat melumpuhkan infrastruktur penting dan mengganggu komunikasi militer. Pemimpin yang adaptif harus memiliki pengetahuan tentang teknologi informasi dan kemampuan untuk mengintegrasikan keamanan siber ke dalam strategi militer mereka.
Konflik non-konvensional, yang mencakup operasi-operasi khusus dan gerilya, menuntut pemimpin militer untuk berpikir di luar kotak. Taktik-taktik yang tidak ortodoks sering kali diperlukan untuk mengatasi musuh yang menggunakan strategi yang tidak konvensional. Kepemimpinan adaptif membantu dalam mengembangkan pendekatan baru yang efektif dalam situasi ini.
Brigjen TNI Dr. Fitry Taufiq Sahary menekankan bahwa kepemimpinan adaptif bukan hanya tentang fleksibilitas dalam strategi militer, tetapi juga tentang kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan potensi teknologi dan informasi. Ini mencakup penggunaan intelijen, pengumpulan data, dan analisis informasi untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih cepat di lapangan.
Selain itu, kepemimpinan adaptif juga melibatkan pengembangan kemampuan komunikasi yang efektif dengan tim dan sekutu. Dalam situasi perang modern yang sering kali melibatkan koalisi internasional, kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan pasukan dari berbagai negara menjadi sangat penting.
Dalam kutipan yang dipublikasikan oleh akun Instagram Bhumi Literasi Anak Bangsa pada tanggal 29 Juni 2024, Brigjen TNI Dr. Fitry Taufiq Sahary juga menyampaikan pentingnya pelatihan yang berkelanjutan bagi pemimpin militer. Pelatihan ini harus mencakup simulasi situasi perang yang realistis dan pembelajaran tentang ancaman baru yang terus berkembang.
Dengan demikian, buku "Kepemimpinan Intuisi Militer" memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana kepemimpinan adaptif dapat membantu militer dalam menghadapi tantangan perang modern. Dalam era di mana ancaman dan teknologi terus berkembang, kemampuan untuk beradaptasi dan merespons dengan cepat menjadi kunci kesuksesan dalam menjaga keamanan dan stabilitas.
Referensi:
Bhumi Literasi Anak Bangsa, Instagram post, 29 Juni 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H