Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selasa Pagi yang Sangat Cerah

7 Mei 2024   10:43 Diperbarui: 7 Mei 2024   10:53 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Ayo Jakarta


Hari itu, sinar mentari menyapa kota dengan hangatnya. Di sebuah sudut kecil kota, hidup seorang pemuda bernama Rizky. Dia terjaga lebih awal dari biasanya, terpesona oleh keindahan pagi yang sangat cerah. Rizky memutuskan untuk menghabiskan waktu paginya dengan jalan-jalan santai di taman kota.

Saat berjalan di taman, Rizky bertemu dengan seorang nenek yang duduk di bangku taman sambil menikmati secangkir kopi. Nenek itu tersenyum ramah kepadanya dan mengajaknya berbincang. Rizky pun duduk di sebelah nenek itu, dan mereka pun mulai berbagi cerita tentang kehidupan.

Sementara itu, di tempat lain di kota, seorang anak kecil bernama Maya juga menikmati pagi yang cerah. Dia bersama ayahnya pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk sarapan pagi. Maya melompat-lompat kecil sambil tertawa riang, menikmati momen indah bersama ayahnya.

Di sebuah kafe di pinggiran kota, seorang penulis bernama Dian duduk di meja sudut sambil menatap layar laptopnya. Dia terinspirasi oleh keindahan pagi yang cerah untuk menulis sebuah cerita baru. Setiap kata yang dituliskannya mengalir begitu lancar, dipengaruhi oleh semangat pagi yang membara.

Namun, di tengah keceriaan pagi itu, ada juga seorang wanita bernama Siti yang sedang melalui masa-masa sulit. Dia kehilangan pekerjaannya dan merasa putus asa. Namun, ketika melihat sinar mentari pagi yang begitu indah, sedikit demi sedikit harapan mulai muncul dalam hatinya.

Kembali ke taman, Rizky dan nenek itu masih asyik berbincang. Mereka saling tertawa dan berbagi pengalaman hidup. Rizky merasa begitu beruntung telah bertemu dengan nenek itu, yang memberinya pelajaran berharga tentang kehidupan.

Saat itu juga, Maya dan ayahnya sudah selesai berbelanja di pasar. Mereka pulang dengan tangan penuh oleh-oleh untuk ibu di rumah. Maya tersenyum bahagia, merasa beruntung memiliki keluarga yang selalu menyayanginya.

Dian di kafe telah menyelesaikan cerita barunya. Dia merasa begitu puas dengan karya yang telah diciptakannya pagi itu. Semangat pagi yang cerah benar-benar membantu kreativitasnya mekar.

Sementara itu, Siti memutuskan untuk tidak menyerah. Dia berjalan-jalan di taman dan merasakan keindahan alam yang ada di sekitarnya. Perlahan tapi pasti, semangatnya kembali membara, siap menghadapi tantangan hidup yang baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun