Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bijak dan Bahagia: Cerita Keluarga Mbah Santrian Bin Djali dari Desa Tenaru

8 November 2023   10:06 Diperbarui: 8 November 2023   10:17 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Tenaru, yang terletak di Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, menyimpan sejuta kenangan manis dari sebuah keluarga harmonis yang pernah tinggal di sana. Beberapa puluh tahun yang lalu, di sebuah pawon rumah kecil nan sederhana di tengah-tengah desa, terdapat 3 orang yang sedang berkumpul dengan suasana santai, mereka adalah Mbah Santrian Bin Djali, Mbah Solikhah Binti Hasan, dan Mbah Sumadha Bin Santrian.

Ketiganya adalah pribadi yang bijaksana dan berbudi pekerti luhur, yang telah menyulam benang-benang kebaikan selama hidup mereka. Meskipun kini mereka telah berpulang ke rahmatullah, jejak kebahagiaan yang mereka tinggalkan tetap menginspirasi masyarakat Desa Tenaru hingga saat ini.

Mbah Santrian dan Mbah Solikhah, yang merupakan sepasang suami istri, adalah cerminan dari cinta sejati dan kesetiaan. Mereka menjalani kehidupan bersama dengan penuh kasih sayang, selalu saling mendukung dan menyemangati dalam setiap perjalanan hidup. Dari pernikahan mereka, lahirlah empat orang anak yang menjadi buah hati mereka: Mbah Sunani, Mbah Kesi, Mbah Sumadha, dan Mbah Sulen.

Rumah mereka selalu terbuka lebar untuk keluarga dan tetangga. Di tengah-tengah kesederhanaan, keluarga ini selalu menyambut siapa pun yang datang dengan tulus dan ikhlas. Rumah mereka bukan hanya sekadar tempat tinggal, melainkan juga menjadi tempat berbagi cerita, tawa, dan dukacita bersama.

Mbah Sumadha, sebagai anak kandung Mbah Santrian dan Mbah Solikhah, tumbuh menjadi sosok yang penuh kebaikan dan kesederhanaan. Ia mewarisi kepribadian bijaksana kedua orangtuanya dan selalu berusaha menjadi sosok yang inspiratif bagi kakak dan adiknya.

Kisah kebahagiaan mereka tidak hanya diisi oleh momen-momen penuh tawa, tetapi juga melalui perjuangan bersama dalam menghadapi berbagai cobaan dan rintangan hidup. Mereka belajar bahwa dalam kesulitan, kebersamaan dan saling mendukung adalah kunci untuk tetap tegar dan optimis menghadapi masa depan.

Desa Tenaru menjadi saksi bisu dari berbagai kenangan indah keluarga ini. Setiap kali matahari terbenam, mereka sering duduk bersama di bawah pohon rindang di halaman rumah, mengobrol tentang pengalaman hidup dan mengajar satu sama lain tentang hikmah kehidupan.

Kebersamaan mereka juga tercermin dalam kegiatan sehari-hari. Ketika ada tetangga yang membutuhkan bantuan, tanpa ragu keluarga ini akan segera membantu. Mereka memahami bahwa kebahagiaan sejati terletak pada bagaimana kita memberi dan berbagi dengan orang lain.

Meskipun Mbah Santrian, Mbah Solikhah, dan Mbah Sumadha ini telah berpulang, warisan mereka tetap hidup di tengah-tengah masyarakat Desa Tenaru. Nilai-nilai kearifan lokal dan kebaikan hati yang telah mereka tanamkan menjadi contoh bagi generasi muda untuk tetap menghargai dan merawat hubungan antarsesama.

Kisah keluarga Mbah Santrian Bin Djali, dan Mbah Solikhah Binti Hasan, dan Mbah Sumadha Bin Santrian mengajarkan kepada kita bahwa kebahagiaan sesungguhnya tidaklah terletak pada materi atau harta yang dimiliki, melainkan pada hubungan yang akrab dan saling mencintai di antara keluarga dan tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun