Mohon tunggu...
Rizal Marzuki
Rizal Marzuki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN K.H. Abdurrahman Wahid

hidup untuk masa depan, dengan proses masa muda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Miskonsepsi Anak Punk di Tengah Masyarakat

29 November 2022   23:53 Diperbarui: 30 November 2022   00:01 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat beranggapan bahwa hal tersebut sangat tidak pantas berada di budaya kita di Indonesia padahal masih ada dan banyak anak punk yang berkreasi dan dapat menghasilkan uang contohnya membuat baju membuka usaha sablon membuat lagu yang bisa mereka jual tetapi tetap saja sudut pandang masyarakat akan tetap kokoh bahwa anak punk adalah sosok kaum yang negatif masyarakat tidak bisa berfikiran sedikit sisi positif pada anak punk.

Bukan karena anak punk berpenampilan kotor masyarakat bisa menilai bahwa hati mereka juga kotor banyak yang mendeskriminasi dan menganggap anak punk itu sampah masyarakat mereka bisa berkarya hampir semua anak punk itu kreatif banyak anak punk sekarang yang sudah tidak ikut turun dijalan akan tetapi pengalaman tersebut bisa untuk bekal kita berkerja nantinya, anak punk yang sudah tidak turun jalan akan tetap menjaga solidaritas antar anak punk jikalau mereka bertemu di jalan atau ketika berpapasan.

Dengan demikian, dapat ditunjukkan bahwa punk tidak selamanya seperti anak jalanan yatim piatu. Selain itu, punk bukanlah penyakit masyarakat, dan orang-orang dengan mohawk belum tentu tidak berperasaan. Punk memang memiliki gaya dan penampilan yang terkesan acak-acakan dan acak-acakan, namun karena kita tidak tahu bagaimana punk hidup, sekarang orang orang meniali seseorang dari covernya padahal belum tentu apa yang kita lihat didepan mata sama dengan apa yang kita pikirkan banyak mereka yang diatas menggunakan pakaian rapih berdasi tetapi tetap membohongi kita tidak bisa menilai mereka secara tidak adil hanya berdasarkan penampilan atau pakaian mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun