Saya bangga. Sekali lagi bangga. Meski saya hanya terlibat pasca produksi, saya tetap bangga dengan apresiasi atas karya anak bangsa, yang sangat dihargai di luar negeri. Paling tidak, secara khusus, apresiasi tersebut memacu saya untuk terus berkarya.
Kabar gembira ini diutarakan kawan saya, Livi Zheng---saya biasa memanggilnya Livi---sepekan yang lalu. Kepada saya, gadis 24 tahun ini, yang sedang menimba S2 ilmu perfilman di University of Southern California, USA, mengabarkan bahwa film kolosal yang diproduserinya masuk sebagai nominasi film terbaik Boston Internasional Film Festival 2014.
Sungguh luar biasa...Film action drama kolosal, versi layar lebarnya berjudul The Empire’s of Throne, yang bercerita tentang kisah perjuangan pergulatan Tahta Kekaisaran kerajaan Majapahit itu terpilih menjadi salah satu dari 30 film pilihan, official selection, dari 2600 peserta. Film Festival ini sangat selektif dan bergengsi, hanya 1% dari seluruh peserta yang dipilih menjadi official selection.
Film ini disutradari sutradara ternama asal Thailand, Nirattisai Kaljareuk. Penulisnya Yusril Ihza Mahendra. Pemainnya Wakil Gubernur Jawa Timur, Saefullah Yusuf, aktor senior Slamet Rahardjo, politikus Nurul Arifin serta penyanyi senior Betharia Sonata.
Salut...Jujur saya gembira, bahwa ide dan pemikiran seorang Yusril Ihza Mahendra dan Livi Zheng, soal sejarah keperkasaan Kerajaan Majapahit, mampu menyihir ribuan sineas tingkat dunia. Artinya, bahwa sejarah Nuswantoro (Nusantara, red) Indonesia, memiliki nilai yang sangat mempesona di mata dunia.
Dalam film The Empire’s of Throne ini, Wagub Jatim, Saefullah Yusuf, yang dulunya menjabat sebagai Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal sangat menjiwai peran sosok Raja Majapahit. Begitu juga dengan Slamet Rahardjo (yang berperan sebagai Raja Wirabumi), Nurul Arifin (yang berperan sebagai istri Raja Wirabumi) serta Livi yang berperan sebagai Suhita.
Sedikit membawa cerita karya Yusril dan Livi, mohon maaf kalau saya salah, Wikramawardhana adalah raja kelima di Majapahit. Dari hasil perkawinannya dengan Kusumawardhani, Wikramawardhana memiliki putra bernama Rajasakusuma (Hyang Wekasing Sukha) yang meninggal sebelum sempat menjadi raja. Sementara dari selir, Wikramawardhana memiliki tiga anak yakni Tumapel (meninggal sebelum menjadi raja), Sri Suhita dan Kertawijaya. Pada tahun 1400, Wikramawardhana turun tahta untuk hidup sebagai pendeta, lalu Kusumawardhani pemegang pemerintahan penuh di Majapahit. Namun setelah Kusumawardhani meninggal dunia, Wikramawardhana kembali naik tahta. Pada tahun 1401, Wikramawardhana berselisih dengan Wirabumi yang merupakan saudara tiri Kusumawardhani. Perselisihan antara dua penguasa Majapahit Barat dan Timur itu memuncak menjadi perang saudara pada tahun 1404, yang disebut perang Paregreg. Pada tahun 1406, pasukan istana barat yang dipimpin Tumapel berhasil menghancurkan istana timur. Wirabumi tewas ditangan Raden Gajah (Narapati). Sementara Wikramawardhana membawa Dhaha (putri Wirabumi), yang kemudian dijadikan selirnya. Perang paregreg membawa kerugian besar bagi Majapahit karena banyak daerah bawahan di luar Jawa melepaskan diri. Selain itu, Wikramawardhana berhutang pada kaisar Dinasti Ming (penguasa China), karena saat terjadi penyerbuan ke timur, 170 anak buah Laksamana Ceng Ho ikut terbunuh. (Cerita selanjutnya, mohon maaf saya tahu percis cerita selengkapnya...hehheeeee)
[caption id="attachment_302223" align="aligncenter" width="602" caption="www.facebook.com/TheEmpiresThrone dan www.twitter.com/EmpiresThrone"][/caption]
Paling tidak, dari sini kita bisa melihat, bahwa sejarah zaman dahulu kala juga menarik untuk diangkat dalam cerita visual nuswantoro, terlebih lagi negara lain sungguh menghargai sejarah tanah air kita.
Pada tanggal 18 April 2014 mendatang, film layar lebar asli karya anak bangsa ini, diputar dalam premiere Boston Internasional Film Festival 2014 di AMC Theatre. Kemudian 20 April akan diumumkan siapa film terbaik dalam ajang BIFF 2014 ini. Trailer dapat dilihat di website www.TheEmpiresThrone.com.
Semoga keperkasaan Majapahit yang diangkat di layar lebar ini, dan juga sudah dikenalkan di luar negeri, dan mudah-mudahan menjadi film terbaik versi Boston Festival ini, dapat membangkitkan kembali kemegahan sejarah dan budaya Indonesia. Salam. (rizaldo, karpetmerah 20140406)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H