Dalam diri kita ada segumpal daging yang jika daging itu sehat maka sehatlah seluruh jasad, dan jika daging itu sakit maka sakitlah seluruh jasad. Segumpal daging itu adalah : Hati.....{ al hadist}
Iklim dan musim di dalam alam datang bergiliran. Suhu dan tekanan angin berubah-ubah tergantung keadaan, kadang sejuk menyegarkan kadang panas menjengkelkan dan terkadang dingin ekstrim membekukan. Daya tahan tubuh manusia terhadap siklus alam beradaptasi tergantung di mana dia terbiasa tumbuh: begitu juga mental, cara pandang, kekuatan hati dan kebesaran jiwa.
Temperatur batin naik turun, iman bertambah dan berkurang, kesabaran membesar dan mengecil, benci menyala dan padam, cinta menjelma dan menghilang... tapi hati akan selalu ada menemanimu kemana pun kau datang, bertahta dan bersemayam dalam palung jiwa terdalam . Hati lah sesungguhnya kekayaan kita paling berharga, mahkota tiada tara, energi yang menggerakkan semesta... dengan hati kita bisa merubah dunia...!
Tetapi daya tumbuh hati nurani pasti tergantung pada proses perkembangan pendidikan seseorang. Cara pandang hati pasti berbeda antara orang per orang. Orang yang besar dalam keluarga dan lingkungan yang penuh kasih sayang akan berbeda isi hatinya dengan mereka yang tumbuh berkembang dalam keluarga dan lingkungan yang keras dan kejam. Hati nurani setiap orang di masa depan sesungguhnya adalah buah dari pembelajaran masa kininya.
Tiap pribadi manusia adalah khas dan unik, kekhasan dan keunikan itu yang paling berperan menentukan adalah hati nuraninya. Sikap, tindakan dan perbuatan hanyalah hamba sahaya, budak , suruhan dari tuan yang berkuasa atasnya yaitu hati nurani.
Problem terbesar pendidikan kita di semua lini adalah terabaikannya tujuan utama dari pendidikan itu sendiri, yaitu membangun dan menumbuhkembangkan kebaikan dan kemuliaan hati nurani. Ilmu pengetahuan, kompetensi , kecakapan dan prestasi itu semua penting. Namun kebaikan, cinta kasih, kemuliaan dan manajemen hati nurani agar selalu pada jalan kebenaran itu lebih penting. Kita harus mendahulukan yang lebih penting daripada yang penting.
Selanjutnya kunci keberhasilan pembelajaran dan pendidikan adalah contoh dan teladan yang diberikan orang tua, para pendidik, guru, tokoh lingkungan dan media. Apalah gunanya teori teori jika hanya ada di awang awang dan tidak membumi. Apalah artinya pembelajaran akhlak, sikap dan moral jika hanya ada di mulut dan lidah jauh dari praktek sehari hari. Dakwah dengan contoh perbuatan lebih fasih dan mengena daripada dakwah dengan kata kata.
Generasi ke depan negri ini tidak akan jauh berbeda dengan hasil yang telah diraih bapa bapanya. Kemunafikan, kebencian, salah paham, korupsi, hukum yang dipermainkan, begal jalanan, begal kepemimpinan dan tumpulnya hati nurani masih akan mendominasi, entah sampai berapa generasi lagi. Tuhan tidak akan merubah suatu kaum sampai mereka merubah diri sendiri.
Salam ngeri dan nyeri Indonesiaku......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H