Nama ku Radi, aku adalah anak orang yang biasa-biasa saja, saat aku sekolah di SD yang ku tau hanya lah bermain dan bermain, bagiku sekolah hanyalah saat dimana aku dan teman-teman ku berkumpul untuk bermain, karna rumah teman-teman ku dulu memang jaraknya lumayan jauh, dan pada suatu hari saat pertama kali masuk SD kelas 1, ayah ku mengantar aku dan memilihkan tempat duduk ku, dan aku pun duduk di depan kiri pojok, dan di sebelah ku duduk seorang anak laki-laki yang bernama Handi, Handi dan aku lama kelamaan pun menjadi akrab.
Kami pun jadi sering bermain bersama saat jam istirahat dan saat jam pelajaran di mulai pun kami masih saja bermain dan ngobrol satu sama lain, pada suatu saat masuk pelajaran, ibu guru menulis kan kalimat-kalimat di papan tulis, dan kami pun maju satu persatu, tetapi aku dan Handi tidak memperhatikan ketika teman-teman maju kedepan dan membaca, saat nama handi di panggil dia pun maju kedepan dan mengambil penggaris kayu yang panjang itu, untuk menunjuk kalimat yang ada di papan tulis, Handi pun hanya terdiam di depan papan tulis itu, dan ibu guru pun bertanya kenapa diam saja?, Handi pun menjawab ngga bisa bu, dan teman-teman di kelas pun tertawa karena handi tidak bisa membaca temasuk aku pun juga ikut mentertawakan Handi, dan handi pun berdiri di depan kelas dengan posisi kaki kiri di angkat dan kedua belah tangan menyilang sambil memegang telinganya.
Ketika saat itu pun aku sadar, aku sendiri belum bisa membaca, dan aku tidak mau berdiri di depan kelas seperti handi, karena aku belum bisa membaca aku pun mendengarkan teman ku yang sedang maju membaca kedepan, karena teman saya yang maju saat itu membacanya suaranya kecil sekali aku pun hampir tidak bisa mendengarkan temanku itu sedang membaca, aku fikir dengan hanya dengan mengetuk-ngetuk sambil menunjuk kalimat yang di tulis ibu guru, dan seketika itu teman ku itu di suruh duduk kembali, dan aku pun mulai lega ternyata hanya seperti itu cara supaya tidak berdiri di depan kelas.
Saat giliran ku di panggil kedepan dengan pede nya aku melangkah ke depan kelas sambil mengambil pengaris kayu aku pun sampai di depan papan tulis, dan aku pun memulai cara yang sudah aku lihat dan pelajari saat aku duduk di kursi tadi, aku pun memulai mengetuk-ngetuk kata demi kata yang telah ibu guru tulis d papan tulis itu dengan suara ku yang ku kecil-kecil kan berharap ibu guru tidak menghiraukan apa yang ku katakan, tetapi saat aku selesai mengetuk-ngetuk papan tulis dengan penggaris kayu yang panjang itu, ibu guru pun berkata ' Radi coba kamu baca sekali lagi tapi suaranya di kerasin yaa 'menyuruh ku mengulangi dari awal lagi dan dengan suara yang lebih keras, seketika itu pun aku bingung mau mengeluarkan kata-kata apa saat aku mengetuk kata demi kata yang ada di papan tulis itu, karena aku belum bisa membaca, dan aku pun mengingat-ingat pada saat aku mendengar kan teman ku yang sedang membaca kedepan tadi, dan aku pun mengeluarkan kata ' Belajar Sambil Makan ' dan seketika itu teman sekelasan mentertawakan aku termasuk Handi yang dari tadi sedang berdiri dengan satu kaki pun tertawa juga sampai-sampai Handi menurunkan kaki nya dan tangan nya menunjuk-nunjuk aku, dan ibu guru pun memarahi handi karna menurunkan kaki dan tangan nya, kata ibu guru ' Handi kenapa di turunkan kaki dan tangannya, cepat naikan, ' dan  aku pun balas mentertawakan dia di marahin ibu guru, dan ibu guru pun balik memarahi aku, dan akhirnya aku dan Handi berdiri di depan kelas mengangkat satu kaki dan kedua tangan di silangkan sambil menjewer telinga kami sendiri sampai jam pelajaran habis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H