Mohon tunggu...
Money

Jeritan Petani Tembakau

24 Februari 2016   20:20 Diperbarui: 27 Februari 2016   18:57 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jember, adalah kota kecil yang ada dibagian timur pulau Jawa. kota ini mempunyai julukan kota tembakau. tembakau Jember dikenal sejak penjajahan Belanda. tembakau Jember bukan hanya dikenal di Indonesia saja bahkan sudah sampai luar negeri utamanya di Jerman dan Belanda. komoditi ini sering dibuat cerutu ekspor.

tembakau Jember sudah menjadi primadona. para petani banyak yang menggantungkan hidup mereka dari hasil tembakau. Namun beberapa tahun belakangan para petani kebingungan dengan harga yang jauh dari harapan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang semakin mempermahal cukai rokok, sehingga berdampak pada pabrik rokok yang enggan menampung begitu banyak pasokan bahana baku berupa tembakau dan penurunan harga tembakau dari petani ke pengepul. Akibatnya banyak petani dan pengepul tembakau gulung tikar.menurut saya sebagai putra Jember, kebijakan pemerintah tidak dibarengi dengan solusi yang menguntungkan petani. Dan juga masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa tembakau adalah tanaman yang hanya menyebabkan penyakit karena tembakau hanya dikenal sebagai bahan baku rokok, padahal tembakau juga dapat menjadi bahan baku obat misalnya protein anti kanker, obat anti radang, obat diabetes, antibody, dll. Semua itu menjadi percuma karena pemerintah enggan membaca peluang mana yang akan menguntungkan baik untuk petani, masyarakat luas dan juga pastinya pemerintah.

Pemerintah daerah juga kurang jeli akan peluang yang sangat menjanjikan itu. jika pemerintah atau swasta mampu menciptakan peluang untuk masa depan tembakau kedepannnya bukan hanya kota tembakau yang akan menjadi julukan untuk kota Jember mungkin akan menjadi "kota obat" ya aahaha doakan saja lah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun