Mohon tunggu...
Rizal Fatoni
Rizal Fatoni Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Yakinkan dengan iman, usahakan dengan ilmu, sampaikan dengan amal "Yakusa"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Petani, Pahlawan di Era "Milenial"

6 Januari 2018   08:33 Diperbarui: 6 Januari 2018   11:15 2872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan sehari-hari kita harus melakukan aklimitisasi terhadap kehidupan yang sedang berlangsung dan kita tidak boleh bertendensi dengan beberapa hal saja,umumnya perangai manusia cenderung menilai sesuatu tanpa pertimbangan. Tanpa disadari bahwa pahlawan-pahlawan saat ini sekarang berada disekitar kita, Pahlawan merupakan seseorang yang menghasilkan manfaat bagi banyak orang.

Perjuangan seseorang atau kelompok yang tak terlihat sedang menghidupi masyarakat banyak tanpa mengeluh,dipuji dan dipuja, itu lah petani yang sedang menaruh benih di ladang tersinari oleh matahari yang terik dan menunggu padi itu bersemi dan menguncup tanda siap akan dipanen. Begitulah pekerjaan seorang petani sehari-hari, takkan menjadi persoalan bagaimana petani menanam,menaruh padi tetapi yang menjadi persoalan bagaimana kita menghargai dan menghormati profesi ini. Pekerja di sektor pertanian banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka menjadi buruh tani, tetapi mereka tetap bekerja untuk pribadi dan masyarakat Indonesia. Selepas mereka tidak memikirkan masyarakat lain, akan tetapi dampak positif yang begitu besar bagi bangsa berada di pekerjaan petani.

Zaman orde baru pekerjaan petani dengan bantuan negara dapat menghantarkan kesuksesan memberikan devisa negara yang tinggi dan mengubah wajah dan status negara dari pengimpor beras menjadi negara pengekspor beras tersebesar di dunia dan tercapainya swasembada beras pada tahun 1980. Peran petani sangatlah besar selain Merupakan kebutuhan pokok manusia juga dapat Memenuhi ketahanan pangan Indonesia.

Arus globalisasi di era milenial menuntun masyarakat menjadi insan yang selalu mencari jalan pintas dalam segala hal dan cenderung bersifat pragmatis. Secara tidak langsung masyarakat milenial dalam membutuhkan bahan dasar pokok makanan untuk memenuhi kebutuhann kehidupan sehari-hari, perlu membutuhkan pekerjaan yang disebut bercocok tanam, akan tetapi hal itu tidak dapat dilakukannya karena kesibukannya, maka dibutuhkan profesi yang berama petani.

Kultur bangsa Indonesia makan tiga kali sehari, data membuktikan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan, di mana konsumsi beras masyarakat Indonesia sebesar 124 kg per kapita per tahun atau sebanyak 340 gram per kapita per hari dalam hal ini kita semakin mengerti bagaimana pekerjaan petani sangat dibutuhkan di negeri ini.

Secara yuridis perihal pemberian tanda jasa dan penghargaan tertulis didalam lembaran negara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan Bab II Asas dan Tujuan, Pasal 2 Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan diberikan berdasarkan asas: kebangsaan, kemanusiaan, kerakyatan, keadilan, keteladanan, kehati-hatian, keobjektifan, keterbukaan, kesetaraan dan timbal balik.  

Didalam Pasal 3 Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan diberikan dengan tujuan: a.menghargai jasa setiap orang, kesatuan, institusi pemerintah, atau organisasi yang telah mendarmabaktikan diri dan berjasa besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, menumbuhkembangkan semangat kepahlawanan, kepatriotan, dan kejuangan setiap orang untuk kemajuan dan kejayaan bangsa dan negara, dan menumbuhkembangkan sikap keteladanan bagi setiap orang dan mendorong semangat melahirkan karya terbaik bagi kemajuan bangsa dan negara

www.pinterest.dk
www.pinterest.dk
Tetesan keringat dan jerih payah mereka tak sekedar memberikan sumber kehidupan bagi masyarakat Indonesia, tetapi pengorbanan yang ikhlas dengan tujuan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sangatlah terasa. Takkan ada kesehatan tanpa sumber makanan, akan terjadi perang jika tidak ada sumber makanan. Bayangkan ketika mereka pergi ke ladang dengan hati yang sayu-sayu dan merawat padi yang kita makan hari ini, begitulah dinamika yang di alami oleh para petani.

Manfaat petani tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan nasional tetapi banyak manfaat dari pekerjaan in yang dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan seperti contoh : Membuat udara semakin sejuk, Sebagai penyimpan cadangan air hujan, sehingga ketika musim kemarau kondisi sekitar tidak akan terlalu kering dan dapat mengurangi pencemaran udara

Menurut hasil riset Pusat Penelitian Kependudukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ini rata-rata usia petani nasional mayoritas berumur 45 tahun ke atas. Bahkan, rata-rata usia petani di tiga desa pertanian padi di Jawa Tengah mencapai 52 tahun. Namun, kaum muda yang bersedia melanjutkan usaha tani keluarga di sana hanya sekitar 3 persen. Ini artinya, ke depan tidak ada lagi generasi baru petani. Jagan biarkan pahlawan bangsa ini punah karena tidak mendapatkan penghargaan dari pemerintah, tak cukup memberikan terima kasih tetapi berikanlah penghargaan dan kehormatan bagi mereka karena mereka adalah insan yang mencoba untuk menjadi hal kecil yang bermanfaat bagi bangsa.

Bagaimana jadinya negara tanpa petani ? apakah negara dapat memenuhi kebutuhan pokok manusia ? ironis sekali jika suatu negara masyarakatnya kelaparan, solusi yang bisa menangani kasus ini adalah impor secara masal dan membuat negara menjadi defisit

Tanpa petani takkan ada kesehatan,cinta,kreatifitas karena aktifitas manusia diperoleh dari tenaga, dan tenaga itu diperoleh dari sumber makanan, sumber makanan di dapat dari usaha bercocok tanam yang dilakukan oleh para petani. Jasa petani begitu besar maka hormati pekerjaan mereka, jangan meremahkan hasil pekerjaan mereka. Petani milik negeri ini, petani berjasa dari masa ke masa dan terhingga tanpa kita sadari. Kita tidak boleh bersikap apriori sebelum mengerti bagaimana fakta perjuangan para petani. 

"Jasmejani" Jangan sampai melupakan jasa petani

Rizal Fatoni 

Mahasiswa Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun