Demokrasi dan algoritma digital adalah dua entitas yang memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan kita saat ini. Hubungan antara demokrasi dan algoritma digital memiliki aspek yang kompleks dan penting untuk dipahami. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi bagaimana algoritma digital dapat memengaruhi demokrasi dalam beberapa hal.
Demokrasi adalah sistem politik di mana kekuasaan berada di tangan rakyat. Apabila kita melihat perbandingan system yang lain seperti fasisme, sosialisme, dan komunisme, demokrasi menjadi system yang paling banyak diterapkan di berbagai negara. Ini membuktikan bahwasannya system ini memang relevan terhadap peradaban manusia.Â
Setidaknya hingga saat ini, meskipun di setiap perkembangan peradaban manusia, selalu ada perubahan dan tantangan yang harus dihadapi. Maka system demokrasi tidak terelakkan dari proses evaluasi, kritik, dan juga pencarian solusi terbaik.
Algoritma digital, di sisi lain, adalah serangkaian instruksi yang digunakan dalam teknologi untuk memproses data dan memberikan hasil yang relevan. Algoritma digital lahir disebabkan semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi. Seperti halnya artificial intelligence (AI), Big Data, Internet of Things juga melandasi dampak dari kemajuan tersebut. Pengaruhnya yang kuat di era digital, membuat algoritma digital juga berpengaruh terhadap proses demokrasi.
Algoritma digital dan demokrasi tentu mempunyai hubungan satu sama lain dikarenakan dampak keduanya terhadap masyarakat. Dari hubungan antara keduanya dapat memberikan konsekuensi yang signifikan terhadap proses demokrasi. Hubungan ini adalah konsekuensi logis karena merupakan dari bagian peradaban manusia.
Misalnya pengaruh algoritma digital terhadap akses informasi. Algoritma digital dapat memengaruhi akses informasi yang diterima oleh masyarakat. Social media yang sudah menjamur penggunaannya oleh masyarakat menggunakan algoritma digital. Â Oleh karena itu, algortima media sosial atau mesin pencari sering kali menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna.Â
Hal ini dapat menyebabkan pengguna terjebak dalam gelembung informasi yang menguatkan pandangan mereka sendiri, membatasi pemahaman yang holistik, dan mengurangi keragaman perspektif yang penting dalam demokrasi. Tentu saja hal ini penting karena demokrasi sangat menghargai perbedaan, entah pendapat, pilihan dan lain-lain.
Algoritma digital juga dapat mempengaruhi penyebaran informasi palsu atau hoaks. Algoritma yang didesain untuk meningkatkan interaksi dan keterlibatan pengguna sering kali mengedepankan konten yang provokatif atau kontroversial (mungkin kita kenal dengan clickbait), bahkan jika informasinya tidak benar.Â
Masalah di atas dapat mengancam demokrasi dengan menciptakan lingkungan yang tidak berdasarkan fakta dan menyebabkan ketidakpercayaan terhadap institusi publik. Apalagi di era post-truth, tidak sedikit orang yang mengedepankan emosinya daripada kebenaran yang sesuai dengan fakta dalam mencerna suatu informasi.
Contohnya adalah sewaktu pemilihan umum yang menjadi salah satu pilar demokrasi. Algoritma digital telah memainkan peran penting dalam hal pemilihan umum. Algoritma digital menjadi salah satu alat untuk melakukan kampanye politik. Algoritma dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mempengaruhi pemilih potensial berdasarkan data pribadi mereka. Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran tentang privasi, manipulasi opini publik, dan penyebaran propaganda yang tidak sehat bagi demokrasi.
Tidak mengherankan apabila dalam beberapa pemilihan presiden tahun 2019 dan pemilihan gubernur Jakarta 2017, seolah bangsa kita terbelah menjadi dua. Misalnya cebong, kampret, kadrun dan lain sebagainya adalah salah satu akibat dari algoritma digital yang memungkinkan untuk mempertajam perbedaan antara kedua belah pihak. Itu merupakan system media sosial atau system pencarian yang memberikan informasi sesuai dengan preferensi pembaca sehingga kurang bersifat objektif akan tetapi sangat subjjektif.
Mengatur algoritma digital menjadi tantangan yang kompleks. Algoritma sering kali dianggap sebagai rahasia dagang oleh perusahaan teknologi besar, sehingga membatasi pemahaman publik tentang bagaimana algoritma tersebut bekerja dan dampaknya terhadap demokrasi. Diperlukan upaya untuk mengembangkan kerangka hukum dan regulasi yang tepat untuk memastikan transparansi, etika, dan keadilan dalam penggunaan algoritma.
Meskipun adanya kekhawatiran, algoritma digital juga memiliki potensi positif dalam memperkuat demokrasi. Algoritma dapat digunakan untuk mendorong partisipasi politik, memfasilitasi diskusi yang lebih luas, dan meningkatkan aksesibilitas informasi bagi masyarakat. Penggunaan yang bijak dan etis dari algoritma dapat memperkuat partisipasi publik dalam proses demokrasi.
Pendidikan dan kesadaran akan algoritma digital menjadi penting dalam konteks demokrasi. Masyarakat perlu memahami bagaimana algoritma bekerja, bagaimana algoritma dapat memengaruhi akses informasi, dan bagaimana mereka dapat melibatkan diri secara kritis dalam penggunaan teknologi. Pendidikan mengenai literasi digital dan penggunaan yang bertanggung jawab menjadi kunci untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat algoritma dalam demokrasi.
Hubungan antara demokrasi dan algoritma digital memiliki konsekuensi yang luas dan penting. Algoritma dapat memengaruhi akses informasi, penyebaran informasi palsu, dan kampanye politik. Sementara itu, dengan pengaturan yang tepat dan pendidikan yang memadai, algoritma juga memiliki potensi untuk memperkuat partisipasi politik dan aksesibilitas informasi dalam demokrasi.Â
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, regulator, dan perusahaan teknologi untuk bekerja sama untuk mencapai penggunaan algoritma yang bertanggung jawab dan sesuai dengan nilai-nilai demokrasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI