1. Berlebihan
Pengalaman 10 tahun dengan pemerintahan yang dicitrakan oleh media sebagai raja 'pencitraan' membuat saya sedikit ilfil dengan model pencitraan yang berlebihan. Sangat membosankan.
2. Unsur Agama
Saya sendiri tidak suka dengan pencitraan memakai agama... menurut opini saya, panasnya pilpres ini adalah masalah agama dimasukkan secara berlebihan. Maka itu saya sangat tidak tertarik apabila terlalu di-expose capres dalam beribadah. Selain terkesan riya', hal itu malah mengingatkan saya akan iklan kampanye SBY-JK 10 tahun yang lalu yang saya secara emosional gampang banget tergoda.
3. Tidak mau kalah
Ini ada hubungannya dengan sportivitas. Seakan-akan jika si X atau si Z yang jadi presiden, maka dunia akan kiamat. Perjuangan kadang membutuhkan waktu tahunan. Ada sebuah gambar di news feed facebook saya yang malah menimbulkan persepsi yang jelek dan mengadu domba ;
A. Sosial Media
Hal ini sudah saya bahas di tulisan saya sebelumnya. Kali ini saya cuma menambahi, saya bisa tergoda dengan melihat tutur kata, pemilihan kata, pemilihan foto dan updatenya. Namun tidak terlalu besar godaan itu karena segera ingat bahwa itu pencitraan yang keluar dari pabriknya langsung.
B. Media Massa
Karena rajin membaca media massa tiap hari, saya bisa menilai keberpihakan suatu media. Jadi kalau ada kampanye dari media yang sudah saya kategorikan pro seseorang, saya anggap (maaf) sampah semua berita negatif tentang lawannya. Media seperti itu hanya untuk penggemar. Beberapa media yang terlihat netral/berimbang pun sebenarnya juga saya nilai berpihak, namun tidak seperti corong propaganda seperti beberapa media. Media seperti itu lebih mudah menggoda saya.