introvert dan ekstrovert dalam kehidupan sehari-hari sebagai penanda kepribadian seseorang.Â
Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua pasti bertemu dengan berbagai macam orang. Setiap orang yang kita temui juga pasti memiliki kepribadian masing-masing yang membuat setiap individu berbeda. Kepribadian ini bisa dilihat dari tingkat energinya, keceriannya, keaktifannya, dan lain sebagainya. Kita pasti juga tidak jarang mendengar kataNamun, akhir-akhir ini banyak muncul kata ambivert yang dilambangkan penanda keseimbangan antara introvert dan ekstrovert. Hal ini menimbulkan banyak perdebatan tentang keberadaan ambivert ini sendiri. Tak jarang juga ada perdebatan pro dan kontra terhadap ambivert ini.
Sebelum membahas ambivert, mari kita membahas tentang introvert dan ekstrovert terlebih dahulu. Carl Gustav Jung adalah pencetus teori introvert dan ekstrovert.Â
Jung adalah psikolog yang berasal dari Swiss. Jung adalah seorang perintis dari teori psikologi analitik atau yang biasa disebut sebagai psikoanalisa. Sebagai salah satu psikolog ternama, Jung mendefinisikan introvert dan ekstrovert sendiri sebagai sikap jiwa.Â
Sikap jiwa sendiri merupakan arah energi dari jiwa setiap individu yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Introvert, yang disebut intravers dalam teori Jung, adalah orientasi seorang individu yang lebih fokus ke dunia dalam.Â
Ektrovert, yang disebut ekstravers dalam teori Jung, adalah orientasi seorang individu yang lebih fokus ke dunia luar. Secara singkat, introvert dan ekstrovert adalah bagaimana cara seorang individu mendapatkan energi untuk menjalani kesehariannya.
Banyak orang-orang yang berpikir bahwa introvert selalu dihubungkan dengan orang yang pemalu dan ekstrovert selalu dihubungkan dengan orang yang banyak berbicara. Padahal, pemikiran tersebut tidak sesuai dengan definisi yang dikatakan dalam teori Jung.Â
Seorang introvert bisa banyak berbicara dalam suatu pertemanan dan seorang ekstrovert pun bisa lelah dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.Â
Perlu ditekankan lagi bahwa introvert dan ekstrovert hanyalah perbedaan dalam cara pengambilan energi bagi masing-msing individu. Introvert dan ekstrovert pada dasarnya hanyalah sebuah spektrum dan setiap individu berhak memilih preferensi untuk menggambarkan konsep dari dirinya.
Namun, apakah ambivert itu benar adanya?
Ternyata, kata ambivert ini sudah ada sejak lama dalam literatur psikologi lhoo. Tapi, kata ambivert sendiri dipopulerkan oleh Daniel Pink dalam bukunya yang berjudul "Drive: The Surprising Truth About What Motivates Us" pada tahun 2011.Â
Menurut Pink, ambivert adalah seseorang yang memiliki ciri-ciri kepribadian campuran antara ekstrovert dan introvert. Ambivert cenderung dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam lingkungan yang ramai seperti ekstrovert, tetapi juga memiliki kebutuhan untuk waktu sendiri seperti introvert.
Tapi, kenapa ambivert tidak ada dalam tes MBTI?
Ambivert sendiri hanya digunakan sebagai penggambaran konsep diri dari setiap individu dan semuanya bisa memakai kata ini karena kata "ambivert". Namun, kita harus kembali lagi pada teori bahwa spektrum dari introvert dan ekstrovert hanya berbentuk persentase yang mendominasi.Â
Misalnya, jika derajat introvert 60% dan ekstrovert 40%, kita dihitung sebagai kelompok ekstrovert. Jika derajat ekstrovert 51% dan inrovert 49%, kita akan dihitung sebagai kelompok introvert.
Lalu, bagaimana jika kepribadian seimbang antara 50%?
Sangat jarang ditemukan seseorang dengan kepribadian introvert dan ekstrovert dengan persentase sama-sama seimbang, yakni 50%. Sebuah tes MBTI pun juga memiliki sebuah skala untuk mengukur dari masing-masing hasil tes nya. Skala ini menunjukkan bahwa tidak ada kepribadian yang benar-benar ambivert.
Kesimpulan
Dari pembahasan singkat ini, kita bisa simpulkan bahwa sesungguhnya kata "ambivert" itu benar adanya dan setiap individu berhak menggunakan untuk menggambarkan konsep dirinya.Â
Namun, hal ini tidak berlaku dalam sebuah tes MBTI karena tes tersebut hanya akan menggolongkan individu dalam dua kategori, yakni introvert dan ekstrovert
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H