Pendidikan Islam dan Stratifikasi Sosial

Terbentuknya Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial selalu ada dalam kehidupan manusia. Apakah stratifikasi tersebut selalu sama di setiap masyarakat? Apakah ada perbedaan stratifikasi antara masyarakat sederhana dan modern? Stratifikasi sosial pada masyarakat tradisional akan berbeda dengan masyarakat kontemporer. Pengertian dalam tatanan sosial sederhana, lapisan yang terbentuk masih sedikit dan perbedaannya dibatasi. Sementara itu, dalam budaya masa kini, pemisahan sosial yang terbentuk semakin rumit dan beragam. 

Seperti yang ditunjukkan oleh Paulus. B. Horton dan Chester L. Chase mengungkapkan bahwa pengaturan pemisahan sosial tidak hanya dikaitkan dengan uang tunai. Pelapisan orang-orang yang mempunyai kedudukan yang sama dalam suatu kontinum status sosial disebut stratifikasi sosial.Stratifikasi sosial dalam masyarakat menurut terbentuknya dibagi menjadi sebagai berikut.

Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya dalam Proses Pertumbuhan Masyarakat Landasan terbentuknya stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya, antara lain:

• Kepandaian;
• Tingkat umur (yang senior)
• Sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat;
• Harta dalam batas-batas tertentu.

Stratifikasi Sosial yang Sengaja Disusun untuk Mengejar Suatu Tujuan Bersama.

Definisi sosial yang sengaja diorganisir untuk mencapai tujuan tertentu biasanya dihubungkan dengan penyebaran kekuasaan dan otoritas yang sebenarnya dalam perkumpulan yang tepat. Pemerintah, dunia usaha, partai politik.

Konsep Stratifikasi dan penyebabnya Dalam Lembaga Pendidikan Islam

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, banyak kesulitan yang umumnya menimpa kehidupan masyarakatnya, dan perkembangan dari kesulitan-kesulitan tersebut akan menjadi semakin cepat dan serius seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi serta terus mempengaruhi berbagai komponen. kehidupan. (Hasbullah, 2008:105) Kelas sosial (penggambaran sosial) dan pendidikan (sekolah Islam) berdampak satu sama lain dalam dua cara, yaitu: Pertama, pendidikan lanjutan membutuhkan uang dan inspirasi. Kedua, jenis dan tingkat pendidikan berdampak pada tingkat kelas sosial. Pendidikan memberikan kemampuan kerja sekaligus melahirkan perubahan pola pikir, selera, minat, tujuan, pendekatan berbicara (perubahan gaya hidup individu). 

Secara umum, budaya Islam tidak memandang kelas, misalnya perbedaan kekayaan, pengaruh atau perbedaan umum karena sudut pandang Islam menekankan bahwa pada hakikatnya semua makhluk adalah serupa, hanya saja dalam derajat yang berbeda-beda jika dilihat menurut sudut pandang sebenarnya dan tujuan mulia. (Abdul Qodir, 2011:30).

Berdasarkan beberapa penelitian, ada anggapan bahwa pendidikan umum dan pendidikan Islam mempunyai kekuatan yang besar untuk a. Salah satu faktor yang menentukan kelas sosial seseorang adalah tingkat pendidikannya. Selain itu, kedudukan orang tua, gaji lengkap, dan lain sebagainya. juga terhubung dengan kelas sosial. Orang tua kaya yang memiliki gelar sarjana hampir pasti akan memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, seperti perguruan tinggi. Sementara itu, orang tua yang malang dan tidak memiliki gelar sarjana tidak menawarkan kesempatan kepada anaknya untuk kembali bersekolah.

Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain orang tua yang kurang wawasannya, orang tua yang pesimis, orang tua yang tidak mau ikut campur dalam urusan sekolah anaknya, orang tua yang kurang memberikan perhatian, dan lain sebagainya. Begitu banyak anak muda yang tidak dapat melanjutkan penyelidikan mereka secara signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan ada hubunganya denganstratifikasi sosial. Dengan asumsi bahwa seseorang memiliki pendidikan yang luar biasa, mereka akan menempati masyarakat kelas atas, dan sebaliknya, individu yang baru sampai di sekolah dasar atau sekolah menengah biasanyamenempati kelas bawah.