Mohon tunggu...
rizal rais
rizal rais Mohon Tunggu... -

>>>ketika manusia menyadari kekurangannya maka seharusnyalah dia sadar bahwa berbagi adalah jalan keluarnya<<<

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, Waria, Mantan Pecandu dan Tuhan (Episode 15: Hanya Kerudung Sampah)

28 Juli 2010   12:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:32 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sesak dada ini
benar-benar sesak dada ini
setelah kubaca catatan harian bersama ini tiga kali
dengan hati, dengan hati-hati

seperti sepuluh tangan telah menampar aku berkali-kali
perih...sungguh perih
tapi entah senyumku hanya mampu mengembang dengan rapi
setiap kali tamparan keras itu bersentuhan dengan pipi

jurus, mantra atau jampi-jampi apa yang telah digunakan dalam catatan penuh sihir ini
seakan-akan membangunkan aku dari mati suri
mimpi hidup dalam alam yang kubangun sendiri
kerajaan paling sempurna, kerajaan yang tidak pernah kalah

aku mengatur sesenggukan dengan not-not yang sudah tak lagi beraturan
aku hanya ingin suara tangisku tak didengar orang
walau beberapa pasang mata sudah menatapku setengah bingung
karena sedihku tak kunjung turun menurun

tidak pernah kukenali siapa yang menyimpan catatan ini
karena dari sampulnya hanya bertuliskan catatan persahabatan kami
aku, waria, mantan pecandu merindu Tuhan
mungkinkah ketinggalan atau memang sang pemilik meninggalkannya untuk pelajaran

aku memperbaiki kerudung panjang yang sudah lima tahun menjadi sahabatku
sahabat yang tidak pernah mengingatkan aku tentang pentingnya bersifat malu
aku hanya dipenuhi dengan kebanggaan karena dia sahabatku
yang menutup auratku, tidak lebih dari itu

aku membenci keakuanku

ketika dulu kupilih sahabat yang harus sama seperti aku
saat aku memberi aturan yang jadi sahabatku harus punya nilai lebih dari aku
tidak mau peduli dengan mereka yang tidak punya ilmu
dan najis jika harus bersahabat dengan homo, waria, perlacur apalagi mantan pecandu

sadarku menatapku
mencemooh kesombonganku
menyumpahi sok suciku
melaknati keberadaanku

ampunku berlutut
maafku bersujud
maluku berkata
sadarku berbicara

sahabat bukan hanya kepentingan
sahabat bukan karena aku bisa dapat keuntungan
tapi sahabat adalah berbagi
dan sahaabt adalah pengingat jika kelalaian menyelimuti diri

kembali kurapikan kerudung yang ikut malu menjadi bersahabat dengan aku
kemudian mendekatiku dengan wajah yang begitu ragu

kau sudah terlena sahabatku atas kesempurnaan yang kau miliki
dan kau hanya menjadikan aku sebagai sampah yang tidak punya arti
seharusnya kau sedikit tahu diri
bahwa dari dulu aku tak ingin bersahaabt dengan manusia yang tidak punya hati

maafkan aku kerudungku
beri aku kesempatan untuk menata kembali niatku

karena aku bukan manusia jika aku tidak berubah
karena aku bukan manusia jika tidak memperbaiki yang salah

SELESAI...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun