Mohon tunggu...
Rizal Maulana
Rizal Maulana Mohon Tunggu... Lainnya - Pemimpi dari sudut desa

"Jangan melihat dirimu lewat mata orang lain"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah

22 Januari 2014   17:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:34 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah

Kita menggerutu dijalanan

Menyanyikan lagu sumbang tentang ketidakadilan

Cuma Berprasangkalah yang kita bisa

Lalu kita terhimpun

Membuka kesadaran baru

Belajar

Mengumpulkan kekuatan

Berjuang

Meneriaki ketidakadilan

Mencemooh kemunafikan

Berharap ada perubahan

Saat itulah kau dilirik kawan

Suaramu mulai dikhawatirkan

Kecerdasanmu mulai ditakuti

Saat itu lah kau harus dijinakkan

Disuguhkan surga didunia

Dihidangkan rupa2 kenikmatan

Tapi kenapa kalian lupa kawanku

Mana gerutuanmu

Mana nyanyi-nyanyi perlawananmu

Mana kesadaranmu yang dulu

Sepertinya kau berfikir

Inilah hasil yang selama ini kau perbuat

Sama sekali tidak kawanku

Ini hanya fatamorgana lingkaran setan

Yang mungkin disinilah para pendahulu kita tersesat

Rumah tempat kita terhimpun sudah kusam

Disana sini dimakan rayap

Kita lupa merawatnya

Lihatlah barisan dibelakang kita

Ia berpikir seperti kita

Atau bahkan ia akan lebih bejat

Akan kita biarkan runtuhkah rumah ini

Pakubuwono VI, January 22, 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun