Mohon tunggu...
Rizal FaqrulFebri
Rizal FaqrulFebri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggerakkan Roda Ekonomi Pedagang Pentol dan Tiwul Jingglong di Masa Pandemi

8 September 2021   08:34 Diperbarui: 8 September 2021   08:44 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dok. Rizal Faqrul (Gambar 3. Penulis bersama sasaran melakukan proses pengemasan produk, 15 Agustus 2021)

Dalam proses produksinya biasanya dalam jumlah yang cukup banyak. Jadi setelah mendapatkan supply jagung yang berkualitas beliau langsung menjemur jagung agar kering sehingga memudahkan dalam proses penggilingan. Proses penggilingan ini ada dua macam, yang pertama penggilingan pemisahan batang jagung (janggel) dan biji jagung. Yang kedua, penggilingan untuk memisahkan mata jagung dan biji jagungnya. 

Setelah proses penggilingan selesai, maka jagung akan dimasukkan tong dengan tujuan agar tidak terkontaminasi serangga serta hewan lainya. Selanjutnya masuk proses perendaman selama kurang lebih 24 jam agar ketika jagung dihaluskan tekstur jagung tidak begitu keras. Setelah itu jagung dihaluskan, dan selanjutnya jagung yang sudah halus akan diberi air sesuai takaran (dipuyoni) hal ini bertujuan agar ketika dimasak hasilnya bagus dan tekstur jagung menjadi pulen. Selanjutnya masuk ke proses pengukusan menggunakan kompor dan dilanjutkan penjemuran kembali sebelum akhirnya dikemas menggunakan plastik dengan berat masing -- masing 3 ons.

Untuk proses pembuatan tiwul kering bapak Karni membeli gaplek (pohung) dalam bentuk sudah kering, selain harganya lebih murah juga mempercepat proses produksi tiwul kering ini. Jadi setelah mendapatkan bahan baku gaplek (pohung) yang kering maka gaplek akan direndam (digombang), proses ini sangatlah penting karena sangat menentukan kualitas dari produk yang dihasilkan. Dalam perendaman ini ada dua kali proses, untuk perendaman yang pertama bertujuan menghilangkan kotoran dan jamur pada gaplek (pohung). Sedangkan untuk perendaman ke dua agar menghilangkan bau tidak enak (langu) dan mempengaruhi warna produk. 

Setelah proses perendaman maka masuk ke proses penjemuran dengan mengandalkan sinar matahari. Selanjutnya setelah kering, gaplek (pohung) akan di giling halus seperti tepung dan dimasukkan tong untuk menghindari serangga dan hewan lainya. Setelah itu adalah proses pemasakan, tapi sebelum dimasak gaplek (pohung) yang sudah halus juga diberi air agar ketika dimasak akan mendapatkan tekstur yang pulen serta dapat matang dengan baik. 

Setelah dimasak akan di jemur dan diteruskan proses pengemasan. Untuk pengemasan tiwul kering ini takaranya juga sama dengan nasi jagung kering yakni 3 ons per bungkus.

Untuk proses pemasaran produk dijalankan oleh bapak Karni sendiri yakni dengan membawa produk nasi jagung kering dan tiwul kering untuk dititipkan ke toko -- toko kelontong serta beliau juga membawanya ke pasar menggunakan gerobak untuk dijual langsung. 

Dalam proses penjualan, beliau juga mengalami penurunan penjualan dimasa pandemi yakni setiap harinya masing -- masing produk terjual berkisar 10 kemasan perhari. Karena proses produksinya yang panjang dan tidak sebentar terkadang membuat bapak Karni kesusahan dalam menjual produknya. Dengan adanya PPKM toko kelontong yang menjadi akses berjualan bapak Karni juga sering tutup, hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat penjualan beliau menurun.

Dengan paparan permasalahan diatas Rizal Faqrul Febri Anto sebagai salah satu mahasiswa pelaksana KKN Back To Village III di Kelurahan Jingglong tertarik untuk menjadikan kedua UMKM tersebut sebagai sasaran. Oleh karena itu penulis mengambil topik Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat / UMKM Terdampak Covid 19. Dengan harapan dapat meningkatkan omset penjualan yang sedang menurun serta mendorong kembali roda pemasaran kedua sasaran melalui berbagai program kerja yang telah disusun dalam KKN Back To Village III Universitas Jember ini.

Sumber : Dok. Rizal Faqrul (Gambar 3. Penulis bersama sasaran melakukan proses pengemasan produk, 15 Agustus 2021)
Sumber : Dok. Rizal Faqrul (Gambar 3. Penulis bersama sasaran melakukan proses pengemasan produk, 15 Agustus 2021)

Sumber : Dok. Rizal Faqrul (Gambar 3. Proses penjemuran tiwul instan, 15 Agustus 2021)
Sumber : Dok. Rizal Faqrul (Gambar 3. Proses penjemuran tiwul instan, 15 Agustus 2021)
Ada minggu pertama Rizal menganalisis kondisi dari masing -- masing sasaran guna mendapatkan data untuk menyusun bisnis model canvas yang digunakan sebagai acuan dalam menjalankan program agar tepat dan sesuai terhadap kebutuhan masing -- masing sasaran. Selain itu Rizal juga memberikan sosialisasi mengenai branding kepada kedua sasaran dengan mendatangkan mentor yang pengalaman dibidang sosial media marketing. 

Dengan sosialisasi tersebut  kedua sasaran menjadi lebih paham begitu pentingnya branding produk untuk meningkatkan nilai dari produk mereka. Untuk minggu kedua, Rizal menawarkan inovasi kepada pelaku UMKM produksi pentol yakni menambahkan varian produk serta memperbarui kemasan berupa kotak plastik dengan diberi label sebagai bentuk branding dari produk pentol tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun