Mohon tunggu...
Rizal Azmi
Rizal Azmi Mohon Tunggu... Guru - Sekretaris Yayasan Annida Qolbu & Tenaga Pendidik

Menulis buku Fiksi dan non fiksi Memasak Membaca Novel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memulai dari Awal

30 November 2023   08:00 Diperbarui: 30 November 2023   08:20 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin engkau tidak sadar dan mengetahuinya. Saat engkau asyik bersama laki-laki yang bukan mahrammu dikegelapan malam. Anak, ayah dan ibumu selalu mendoakanmu. Mereka memohon agar engkau diberikan rahmat dan rezeki yang luas. Diberikan ketetapan iman yang kokoh. Hanya saja doa mereka belum terkabulkan, mengingat engkau sendiri sering melupakan diri untuk berdoa. Menjauh dari tuhan, semakin dekat dengan kubangan maksiat. Sangat dekat.

Tegakah engkau membohongi mereka!. Membohongi anak, saudara dan orang tuamu. Sedangkan mereka percaya sepenuhnya dengan dirimu. Mengkhawatirkanmu siang dan malam. Gelora kerinduan mereka tidak dapat dibendung hanya menunggu kepulanganmu. Saat kiriman barang dan transfer uangmu sampai kepada mereka, dengan bangga mereka menceritakan akan keberhasilanmu didunia rantauan. Mereka tidak pernah tahu, tidak pernah mengira dirimu hancur seperti ini. sedangkan mereka mendukungmu, memuji-muji dirimu dengan karabat mereka, sebagai bentuk kebanggaan mereka?

Saudaraku!

Setiap manusia menginginkan untuk hidup memiliki keturunan yang jelas menjadi orang tua yang bisa mendampingi mereka menuju kebahagian bukan rentetan luka yang menggoreskan kekecewaan. Begitu juga dengan nuranimu, nuranimu tidak bisa dibohongi, karena ia adalah penjelmaan perkataan tuhan yang dikirimkan melalui malaikat.

Saudaraku!

Kita memang bukan orang terpelajar. Memiliki ijazah berpendidikan tinggi. Tapi kita bisa terus menerus berjuang sekuat tenaga untuk menjadikan salah satu dari mereka orang hebat. Menjadi contoh terbaik, pegangan hidup mereka yang tak pernah ia lihat rapuh dan putus asa. Suatu kebanggan saudaraku! ketika perjuangan kita berhasil megantarkan salah satu saudara atau anak kita menjadi sukses dengan cara yang halal. Bukan menggadaikan diri untuk orang lain.

Saudaraku! pernahkah dirimu terbayangkan, ketika mereka mengetahui pekerjaan apa yang dirimu tekuni saat ini. betapa kecewa dan mirisnya mereka mendengarnya. Hancur kebanggan yang selama ini diagungkan. Pecah bersama derai kekecewaan. Memang hakekat penyesalan selalu datang setelah kejadian, setelah kesombongan tertunduk dengan malunya dan berharap tuhan segera mengirimkan malaikat pencabut nyawa. Tapi kita tidak bisa mengatur tuhan, karena tuhan tetaplah tuhan. Yang mengatur segala isinya dunia ini, termasuk diri kita. Tetapi yang sudah berlalu ini, biarlah terlewati bagaikan air yang mengalir tanpa berhenti, bagaikan tiupan angin yang membawa debu terbang menjauh, bagaikan karang yang setiap detik terhantam ombak karena menjaga pantai agar tidak terseret kedasar lautan luas. Biarkalah yang berlalu menjadi sebuah proses pembelajaran untuk hidup yang baru. Proses yang semakin membawa kita pada jalan yang terbaik.

Jangan pernah menyerah melawan arus kehidupan. Karena kita bukan budak dan pengikutnya. Hidup saling membutuhkan, saling mendoakan sesama manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun