Mohon tunggu...
Rizal Ardian
Rizal Ardian Mohon Tunggu... Lainnya - ASN

FOTOGRAFI

Selanjutnya

Tutup

Financial

Apa Pentingnya Penyerapan Anggaran Negara di NTB Pada Musim Pagebluk Gini?

10 Desember 2021   11:00 Diperbarui: 10 Desember 2021   11:14 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Munculnya  Pagebluk Covid-19  

Pada akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan Desember, dunia dihebohkan dengan sebuah kejadian yang diduga sebuah kasus pneumonia yang etiologinya tidak diketahui yang kasus tersebut berasal dari Kota Wuhan, China. Datangnya bencana karena penyakit ini di istilahkan oleh orang jawa sebagai “ Pagebluk”.

Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.  Mayoritas negara-negara di dunia terjangkit wabah tersebut, tidak kecuali Indonesia. Negara-negara di dunia secara mendadak ramai-ramai mengambil kebijakan lockdown dan social distancing, sebagai upaya menyegerakan penghentian penyebaran Covid-19.  Berbeda dengan negara lain yang melakukan lockdown, pemerintah Indonesia dengan kebijakan social distancing seperti PSBB dan PPKM diharapkan dapat mengurangi dampak krisis ekonomi. Namun meskipun begitu kebijakan ini tetap mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat di Indonesia dengan dibatasinya ruang gerak masyarakat, belum lagi banyaknya karyawan yang harus dirumahkan bahkan diberhentikan dalam pekerjaannya oleh perusahaan-perusahaan karena mengalami  kerugian yang terus membesar disebabkan biaya operasional tidak sebanding dengan pendapatan perusahaan.

Menteri  keuangan menyebutkan ,  terdapat  ada  8  sektor  bisnis yang  akan  mendapat   goncangan  paling  berat ditengah  situasi  sulit  ini .  Beberapa  diantaranya, sektor     pariwisata,     transportasi,     keuangan, ertambangan,  konstruksi,  pertanian,  UMKM, dan otomotif. Dan terdapat sejumlah sektor bisnis yang  memiliki  peluang  potensial  untuk  terus bertahan,  diantaranya  adalah  produk  makanan dan  minuman,  tekstil  dan  produk  tekstil,  alat kesehatan    dan    kimia    farmasi,    elektronik, pertanian, UMKM, jasa telekomunikasi dan jasa logistik.  Sektor  pertanian  dan  UMKM  cukup unik, karena mereka akan bisa memiliki peluang potensial   hanya   jika   melakukan   diversifikasi produk di     tengah     terjadinya     permintaan masyarakat yang menurun. (Tempo.co, n.d.)

Damuri dan Hirawan (2020) menyatakan kasus penyebaran Covid-19 ini selanjutnya dapat dilihat dari dua sudut pandang ekonomi yang berbeda, yaitu permintaan dan penawaran.

Dari sisi permintaan, kondisi pandemi Covid-19 jelas akan mengurangi sektor konsumsi, kegiatan perjalanan dan transportasi, serta peningkatan biaya transportasi dan perdagangan. Sedangkan dari sisi penawaran, kemungkinan besar yang terjadi adalah terkontraksinya produktivitas pekerja/buruh, penurunan investasi dan kegiatan pendanaan, serta terganggunya rantai pasokan global (global value chain).

Dari sisi konsumsi, pola konsumsi masyarakat akibat penyebaran Covid-19 secara otomatis akan berubah. Masyarakat akan cenderung untuk tidak melakukan kegiatan perjalanan atau pariwisata dan lebih cenderung meningkatkan konsumsi pada barang-barang kebutuhan pokok yang dianggap penting sebagai antisipasi terjadinya pembatasan pergerakan manusia. Secara keseluruhan, tingkat konsumsi akan cenderung turun karena harga yang terdistorsi akibat mahalnya biaya transportasi dan logistik barang. Sementara itu, dari sisi produksi, beberapa sektor utama di Indonesia juga akan terdampak akibat penyebaran Covid-19, khususnya industri pengolahan (manufaktur). Kontribusi sektor ini cukup signifikan terhadap ekonomi Indonesia (19-20 persen) dan produk yang berasal dari industri pengolahan juga menyumbang secara signifikan terhadap total ekspor Indonesia, yaitu di atas 70 persen. Kinerja industri manufaktur di Indonesia kemungkinan akan melambat seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19 ini.

Dampak  Pagebluk Covid-19  secara Ekonomi di Nusa Tenggara Barat

Pun di Nusa Tenggara Barat, pertumbuhan ekonomi terkoreksi sejak merebaknya Covid-19. Sejalan dengan  prediksi  tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, Kepala Bappeda NTB  juga memberikan    prediksi  terjadinya koreksi pertumbuhan  ekonomi  NTB  yang dikarenakan  oleh  merebaknya  virus  corona  ini.  Berdasarkan target RPJMD tahun 2020, Pemprov NTB    menargetkan    terjadinya    pertumbuhan ekonomi sebesar 5 - 5,5 persen. Namun melihat situasi yang berkembang saat ini, salah satu ahli ekonomi   menyebutkan   pertumbuhan   ekonomi NTB hanya mampu berada dikisaran 3 - 4 persen. (SuaraNTB.com,  2020a). 

Pesimistis  ini  bukan tanpa alasan, melihat  tekanan perlambatan ekonomi terjadi di beberapa sektor utama seperti perdagangan, transportasi  dan  akomodasi, pertambangan  dan  industri  pariwisata.  Sebagai gambaran,  sektor  pariwisata   yang  merupakan salah satu motor penggerak utama perekonomian NTB  ikut  terpukul  oleh  pandemi  ini.  Penutupan perusahaan  di  sektor  pariwisata  seperti  hotel, restoran   dan   tempat    hiburan   lainnya    akan berimbas  pada  banyaknya  karyawan  yang  akan dirumahkan,    bahkan    terjadinya    gelombang pemutusan  hubungan  kerja  (PHK).  Belum  lagi jika melihat banyaknya sektor-sektor lain seperti UMKM,  transportasi   yang  sangat  bergantung pada  pariwisata  ikut  terganggu.  Hal  ini  akan semakin   menambah   jumlah   pengangguran   di masyarakat   karena   kehilangan   pekerjaan   dan mata  pencarian  mereka.  Berdasarkan  data  dari Dinas  Pariwisata  NTB,  sampai  dengan  April 2020 terdapat sebanyak 10.280 pekerja di sektor pariwisata   dirumahkan  oleh   perusahaan. (SUARANTB.com,    2020b).

Beberapa penelitian yang fokus pada dampak ekonomi NTB karena pandemi covid-19 ini (Rosiady Husaenie Sayuti1 dan Siti Aisyah Hidayati, 2020) memberi gambaran bahwa sebagian besar masyarakat NTB merasakan dampak pandemi covid 19 dilihat dari sisi ekonomi.  Hal ini ditunjukkan oleh jawaban responden yang sebagian besar menyatakan pendapatan yang diterima mengalami penurunan tetapi masih bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, lapangan pekerjaan menjadi terbatas, pengeluaran menjadi lebih besar dan didominasi oleh pembelian bahan makanan. Pembelian yang dilakukan melalui online menjadi pilihan dari responden. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pandemi ini berpengaruh signifikan terhadap kehidupan masyarakat, baik mereka yang berlatar belakang PNS maupun non PNS dan mereka yang tinggal di perdesaan dan perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun