Mohon tunggu...
Rizal Putra Milda
Rizal Putra Milda Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Perluas Wawasan Dengan Media

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Ketua Umum DPP LDII: Indonesia adalah Wilayah Strategis, Bela Negara Harus Selalu Digelorakan

19 Desember 2024   15:20 Diperbarui: 19 Desember 2024   15:20 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso. Foto: Cak Rull

Jakarta (19/12). Semangat bela negara terus digaungkan, bukan hanya untuk memperingati Deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada 19 Desember 1948 di Sumatera Barat akibat Agresi Militer Belanda II, tetapi juga sebagai respons terhadap ancaman multidimensi di abad ke-21. Perkembangan zaman menuntut bangsa Indonesia untuk memiliki strategi dan solusi dalam menghadapi tantangan global.

Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menegaskan pentingnya menanamkan prinsip si vis pacem, para bellum"Jika ingin damai, bersiaplah untuk perang." Menurutnya, ungkapan ini relevan, tidak hanya bagi kalangan militer tetapi juga dalam menghadapi ancaman modern seperti perang ekonomi, krisis pangan, dan sanksi global. "Semua itu membutuhkan ketahanan dan penjagaan kedaulatan sebagai bentuk persiapan menghadapi berbagai ancaman," jelas KH Chriswanto.

Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara dengan posisi geografis strategis, berada di jalur perdagangan dunia yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Australia. "Kekayaan alam dan lokasi strategis ini sejak dulu menjadi incaran bangsa-bangsa imperialis," tambahnya.

KH Chriswanto menyebutkan bahwa perubahan global, seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China, hingga krisis pangan akibat perubahan iklim, menjadi tantangan serius. Ia mengapresiasi langkah pemerintah di bawah Presiden Prabowo yang mengembangkan program Food Estate, yaitu pusat pangan terpadu meliputi pertanian, perkebunan, dan peternakan.

"Program ini bertujuan meningkatkan produksi pangan, menjaga ketahanan nasional, dan mengurangi ketergantungan impor. Dengan kedaulatan pangan, kita bisa menjamin kemakmuran dan posisi Indonesia yang berwibawa di kancah internasional," ungkapnya.

Tema Hari Bela Negara tahun ini, "Gelorakan Bela Negara untuk Indonesia Maju," dinilai sangat tepat oleh KH Chriswanto. Ia menekankan bahwa perang nonkonvensional seperti perang ideologi melalui media sosial juga harus diwaspadai. "Generasi muda adalah kelompok rentan. Jika mereka tidak dibekali dengan nasionalisme, patriotisme, serta nilai-nilai Pancasila dan agama, mereka bisa menjadi korban perang ideologi," tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa budaya konsumerisme dan gaya hidup hedonisme dapat melemahkan generasi muda. "Arus barang impor yang tinggi akibat konsumtivisme membuat triliunan uang rakyat Indonesia mengalir ke luar negeri," paparnya.

Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro, Singgih Tri Sulistiyono, menekankan pentingnya mengenang Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 sebagai tonggak perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. "Agresi ini menjadi momentum persatuan rakyat untuk membela negara," ujarnya.

Menurut Singgih, istilah bela negara dalam bahasa Jawa, melu hangrungkebi, mencerminkan semangat menjaga hak dan kedaulatan bangsa. Ia mencontohkan persatuan rakyat saat melawan upaya Belanda merebut kembali Indonesia melalui NICA.

Singgih menegaskan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah menjaga kesadaran cinta tanah air dan nasionalisme. "Semangat bela negara akan memudar jika kesadaran ini tidak ditanamkan pada generasi muda. Nasionalisme dan patriotisme adalah kunci menjaga keutuhan NKRI," jelasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya penanaman nilai-nilai kebangsaan di era digital. "Generasi tua harus menjadi teladan bagi generasi muda. Melalui sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai kebangsaan, semangat bela negara dapat terus hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun