Mohon tunggu...
Rizal Putra Milda
Rizal Putra Milda Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Perluas Wawasan Dengan Media

Selanjutnya

Tutup

Politik

Singgih Januratmoko: Indonesia Mampu Menjadi Negara Industri Papan Atas dengan Memanfaatkan Geothermal sebagai Basis Energi Industri

20 September 2023   12:41 Diperbarui: 20 September 2023   12:43 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Syariah Hotel Solo. Foto Ludhy

Surakarta (20/9). Anggota Komisi VI DPR Singgih Januratmoko mengingatkan ekonomi Indonesia yang bergantung dengan energi fosil, menjadi kurang efisien dan tidak menguntungkan. Geothermal atau panas bumi menjadi solusi strategis, apalagi Indonesia memiliki cadangan terbesar kedua dunia.

"Potensi sumber energi yang terkandung dalam perut bumi Indonesia mencapai 23.965,5 megawatt (MW) atau terbesar kedua di dunia. Dan baru dimanfaatkan sekitar 9,8 persen dengan kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 2.342,63 MW dari 16 wilayah kerja (WK)," ujar Singgih usai membuka sosialisasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Syariah Hotel Solo, pada Sabtu malam (19/9).

Singgih mengatakan energi panas bumi jauh lebih efisien, meskipun memerlukan modal besar dalam eksplorasi dan instalasi, "Namun cadangan yang tak terbatas dan termasuk energi baru terbarukan, menjadikannya energi murah. Indonesia mampu menjadi negara industri papan atas dengan memanfaatkan geothermal sebagai basis energi industrinya," imbuh Singgih.

Negara-negara maju di Eropa sebelum Perang Rusia-Ukraina, mendapat asupan gas murah dari Rusia sehingga produksi industrinya sangat efisien, "Industri Indonesia bisa setara dengan Eropa sebelum Perang Rusia-Ukraina, bila mampu memaksimalkan energi panas bumi," ungkap Singgih. Ia pun mendukung Pertamina Geothermal Energy (PGE), mengelola panas bumi, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan perusahaan mancanegara.

Kelebihan geothermal adalah tidak polutif dan tentu saja ramah lingkungan, serta ketersediaannya sangat melimpah, "Indonesia merupakan wilayah gugusan cincin api di dunia, meskipun rentan bencana erupsi gunung berapi. Namun di sisi lain mendapatkan berkah energi panas bumi yang melimpah ruah," ujar Singgih.

Dalam sosialisasi tersebut, Peneliti dan Kepala Divisi Pengembangan Sistem Corner Institute Yogyakarta, Andi Eswoyo mengatakan Indonesia akan bebas karbon pada 2020, "PGE menjadi pemimpin akselerasi penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan," ungkap Andi.
 
Sepanjang 2020, PGE berhasil memproduksi listrik dari sumber energi bersih atau energi terbarukan sebesar 4.618 Giga Watt Hour (GWh). Angka tersebut naik 14 persen dari target yang ditetapkan perseroan. Andi mengatakan PGE sebagai pelaku utama dalam industri energi panas bumi di Indonesia, memiliki portofolio proyek yang luas dan beragam.

"Dengan teknologi canggih dan tim ahli yang berpengalaman, PGE  mengelola rantai nilai produksi energi panas bumi mulai dari eksplorasi hingga distribusi. Memiliki kapasitas terpasang secara own operation sebanyak 672 MW, dan 1205 MW dari Joint Operation Contract (JOC)," tutur Andi.

Menurut Andi, PGE menyadari melestarikan alam merupakan bagian penting dalam menjaga keberlanjutan bumi, "Keberlanjutan merupakan pilar penting dalam operasional PGE. Dengan mengusung tema Energizing Green Future, PGE menjunjung tinggi tanggungjawab lingkungan dan sosial," tuturnya.

Ia menambahkan dalam eksplorasi dan proses produksi, PGE menerapkan praktik-praktik terbaik berstandar internasional dalam pengelolaan proyek energi panas bumi, "PGE tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan mereka," imbuh Andi.

Kepedulian tersebut tampak dari upaya PGE untuk melibatkan komunitas lokal, melestarikan lingkungan, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam secara bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun