Seratus malam berlalu dalam sunyi,
Malam-malam yang membisu, menyimpan rindu.
Di setiap bulan yang melintas diam,
Segala rinduku terukir dalam sepi.
Purnama terang, menyaksikan langkah waktu,
Seratus malam berdansa di tepian langit.
Dalam keheningan, aku menatap bintang,
Mengirimkan pesan rindu yang tak terkira.
Puisi malam memetik senar hati,
Seratus malam menjadi syair terpanjang.
Setiap rindu terukir dalam bayang bulan,
Mengalun dalam lagu kerinduan yang abadi.
Seratus malam, berjalan dalam lamunan,
Di sepanjang lorong kenangan yang terpahat.
Rindu yang merajut di malam yang gelap,
Menjadi kilauan di antara bintang-bintang.
Segala rinduku, tak terbendung,
Seperti arus laut yang tak kenal henti.
Di malam-malam yang berderet dalam gelap,
Hanya rindu yang menjadi cahayanya.
Di bawah langit yang penuh tanya,
Seratus malam menjadi saksi bisu.
Bintang-bintang bertanya pada rindu,
Apakah ia akan berlabuh di pelukanmu?
Dalam seratus malam yang penuh rindu,
Aku menulis selembar puisi untukmu.
Dalam setiap kata, terukir doa,
Agar malam membawa cerita kita bersama.
Seratus malam, satu kesaksian,
Rindu yang memanggil, teriak dalam sunyi.
Namun, biarlah malam membawa pesan,
Bahwa rindu ini takkan padam, meski malam berganti seribu waktu.