Mohon tunggu...
Masrizal Umar
Masrizal Umar Mohon Tunggu... -

http://linkedin.com/in/masrizal\r\nhttp://masrizal-gati.blogspot.com\r\nhttp://sintola-solusindo.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Kita sudah menjadi Bangsa Budak (Slave) ? : Sebuah Renungan Hari Kebangkitan Nasional 2011

24 Mei 2011   01:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melanjutkan tulisan tentang dominasi Ekonomi Asing di Indonesia, Kompas 23 May 2011:

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/05/23/07263157/Ekonomi.Indonesia.Didominasi.Asing.

” Ekonomi Indonesia Didominasi Asing” ,

Dominasi asing semakin kuat pada sektor-sektor strategis, seperti keuangan, energi dan sumber daya mineral, telekomunikasi, serta perkebunan. Dengan dominasi asing seperti itu, perekonomian sering kali terkesan tersandera oleh kepentingan mereka.

Per Maret 2011 pihak asing telah menguasai 50,6 persen aset perbankan nasional. Dengan demikian, sekitar Rp 1.551 triliun dari total aset perbankan Rp 3.065 triliun dikuasai asing. Secara perlahan porsi kepemilikan asing terus bertambah. Per Juni 2008 kepemilikan asing baru mencapai 47,02 persen.

Hanya 15 bank yang menguasai pangsa 85 persen. Dari 15 bank itu, sebagian sudah dimiliki asing. Dari total 121 bank umum, kepemilikan asing ada pada 47 bank dengan porsi bervariasi.

Tak hanya perbankan, asuransi juga didominasi asing. Dari 45 perusahaan asuransi jiwa yang beroperasi di Indonesia, tak sampai setengahnya yang murni milik Indonesia. Kalau dikelompokkan, dari asuransi jiwa yang ekuitasnya di atas Rp 750 miliar hampir semuanya usaha patungan. Dari sisi perolehan premi, lima besarnya adalah perusahaan asing.

Hal itu tak terlepas dari aturan pemerintah yang sangat liberal, memungkinkan pihak asing memiliki sampai 99 persen saham perbankan dan 80 persen saham perusahaan asuransi.

Pasar modal juga demikian. Total kepemilikan investor asing 60-70 persen dari semua saham perusahaan yang dicatatkan dan diperdagangkan di bursa efek.

Pada badan usaha milik negara (BUMN) pun demikian. Dari semua BUMN yang telah diprivatisasi, kepemilikan asing sudah mencapai 60 persen.

Lebih tragis lagi di sektor minyak dan gas. Porsi operator migas nasional hanya sekitar 25 persen, selebihnya 75 persen dikuasai pihak asing. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM menetapkan target porsi operator oleh perusahaan nasional mencapai 50 persen pada 2025.”

Hal ini makin membuka mata penulis setelah membaca Buku 'Menjadi No.1 di Abad ke-21 " oleh Stephane Garelli, yang merupakan seorang Professor pada Institute of Management Development di Lausanne, Swiss dan Kepala Word Competetiveness Center serta menjadi direktur surat kabar  Swiss, Le Temps. serta mendalami lagi apa yang ditulis oleh Thomas L Friedman dalam bukunya "The Word Is Flat" serta yang terbaru "Hot, Flat, and Crowded"  :   www.thomaslfriedman.com.

Penulis melihat sekarang perlahan serta pasti kita menuju bangsa budak atau slave, hal ini didasarkan pada beberapa fenomena utama:


  1. Seperti laporan kompas diatas bahwa lebih dari 50% perbankan sudah dikuasai asing, demikian juga dipasang saham 60-70% dikuasai asing, migas lebih dari 75% dan sebentar lagi komunikasi akan lebih juga dari 50%, artinya apa sendi-sendi perekonomian yang menguasai urat nadi perekonomian akan dikontrol oleh pihak asing, akibatnya apa bangsa kita seperti bangsa parno sehingga setiap kebijakan untuk kemaslahatan rakyat sadar atau tidak sadar dikuasai oleh pihak asing.
  2. Fenomena kedua kalau ditanya para anak muda yang lulus dari universitas terbaik baik didalam maupun dalam negeri akan bangga kalau dapat bekerja diperusahaan asing terutama Migas dan Banking, karena memang mereka diimingi dengan benefits yang lebih baik, celakanya setelah mereka masuk kebanyakan mereka sudah bermental "slave" atau budak karena takut kehilangan pekerjaan dan "dignity" sehingga apapun mereka lakukan demi mempertahankan pekerjaan walaupun kadang merugikan bangsa ini, ingat kasus Freeport, dan beberapa perusahaan migas dan tambang lainnya.
  3. Jumlah Lulusan Engineering rata-rata pertahun di China: 75o Ribu, India : 300 Ribu , USA : 70 Ribu, Indonesia tidak lebih dari 15 Ribu, artinya apa? mana mungkin kita bisa bersaing secara teknologi dengan bangsa diatas, Anda bisa jawab sendiri.
  4. Sangat sedikit sekali Inovasi dan Penguasaan teknologi oleh anak bangsa yang membuat bangsa ini lebih mandiri atau maju atau bisa sejajar dengan bangsa lain. Ini bisa dilihat sangat sedikit sekali hasil paten yangdihasilkan oleh Bangsa indonesia yang diakui di kancah Internasional.  Data Patent yang diberikan kepada Individu tahun 2002 :

  • Jepang : 110.053
  • USA: 86.561
  • Taiwan: 26.954
  • Korea : 24.984
  • Germany : 19.593
  • Russia : 14.454
  • France : 10.737
  • China Mainland : 5,913
  • Singapore : 174
  • Thailand : 98
  • Malaysia : 25
  • Philipine : 6


Indonesia tidak ada dalam daftar? Kenapa? kemungkinan memang tahun itu tidak ada yang bisa diakui secara international atau memang belum dilaporkan?.

Source: IMD Report.

Serta fenomena terakhir dalam hal bisnis, orang sekarang lebih senang menjadi trader atau pedagang atau importir daripada membuat atau membangun industri yang mempunyai nilai tambah dan membuka lebih banyak lapangan kerja,  Disatu sisi karena memang ekonomi biaya tinggi karena praktek korupsi dan kolusi dan disatu sisi memang produktivitas tenaga kerja di Indonesia termasuk rendah hanya peringkat 59 (tahun 2004) kalah sama Malaysia, Thailand bahkan Philipina.

Melihat fenomena ini, apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dan tentu para kaum muda? tidak lain dan tidak bukan yang utama adalah pendidikan dan ethos kerja sebagai bangsa, hal ini sudah ditunjukkan oleh Korea, dimana kita lihat Samsung dan LG bisa meng-KO Sony, demikian juga juga dengan Hyundai dan KIA mulai merangsek pasar mobil-mobil dari Jepang, Euro dan USA. Demikian juga halnya dengan China dan India serta negeri jiran Malaysia.

Tentu seperti yang penulisa sampaikan dalam tulisan "Andai Saya Presiden Republik Indonesia" bahwa pemerintah atau kita sebagai bangsa harus Membereskan Penegakan Hukum dan Pembenahan Politik serta Administrasi Negara/Penduduk (SIN) serta fokus pada pendidikan dan kesehatan masyarakat serta fokus pada ekonomi yang memang menjadi kekuatan dalam hal Pertanian dan Kelautan, serta tentu harus ada juga Politik Ekonomi yang kuat sehingga tidak hanya menjadi pasar bagi produk dari negara lain dengan alasan Liberalisme dan Perdagangan Bebas!

Semoga kita tidak menjadi bangsa budak !!!

Salam

@MAcademy2407 : @Rizal2407

www.masrizal-academy.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun