Mohon tunggu...
Masrizal Umar
Masrizal Umar Mohon Tunggu... -

http://linkedin.com/in/masrizal\r\nhttp://masrizal-gati.blogspot.com\r\nhttp://sintola-solusindo.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekonomi Indonesia Didominasi Asing >> So What? Apa Solusinya?

23 Mei 2011   02:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:20 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/05/23/07263157/Ekonomi.Indonesia.Didominasi.Asing.

Menarik sekali membaca laporan kompas hari ini Senin, 22 May 2011 : " Ekonomi Indonesia Didominasi Asing" ,

" Dominasi asing semakin kuat pada sektor-sektor strategis, seperti keuangan, energi dan sumber daya mineral, telekomunikasi, serta perkebunan. Dengan dominasi asing seperti itu, perekonomian sering kali terkesan tersandera oleh kepentingan mereka.

Per Maret 2011 pihak asing telah menguasai 50,6 persen aset perbankan nasional. Dengan demikian, sekitar Rp 1.551 triliun dari total aset perbankan Rp 3.065 triliun dikuasai asing. Secara perlahan porsi kepemilikan asing terus bertambah. Per Juni 2008 kepemilikan asing baru mencapai 47,02 persen.

Hanya 15 bank yang menguasai pangsa 85 persen. Dari 15 bank itu, sebagian sudah dimiliki asing. Dari total 121 bank umum, kepemilikan asing ada pada 47 bank dengan porsi bervariasi.

Tak hanya perbankan, asuransi juga didominasi asing. Dari 45 perusahaan asuransi jiwa yang beroperasi di Indonesia, tak sampai setengahnya yang murni milik Indonesia. Kalau dikelompokkan, dari asuransi jiwa yang ekuitasnya di atas Rp 750 miliar hampir semuanya usaha patungan. Dari sisi perolehan premi, lima besarnya adalah perusahaan asing.

Hal itu tak terlepas dari aturan pemerintah yang sangat liberal, memungkinkan pihak asing memiliki sampai 99 persen saham perbankan dan 80 persen saham perusahaan asuransi.

Pasar modal juga demikian. Total kepemilikan investor asing 60-70 persen dari semua saham perusahaan yang dicatatkan dan diperdagangkan di bursa efek.

Pada badan usaha milik negara (BUMN) pun demikian. Dari semua BUMN yang telah diprivatisasi, kepemilikan asing sudah mencapai 60 persen.

Lebih tragis lagi di sektor minyak dan gas. Porsi operator migas nasional hanya sekitar 25 persen, selebihnya 75 persen dikuasai pihak asing. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM menetapkan target porsi operator oleh perusahaan nasional mencapai 50 persen pada 2025."

Kalau kita cermati laporan ini sudah jelas bahwa urat nadi perekonomian Indonsia sudah dikuasai oleh Pihak Asing terutama bidang Perbankan, Asuransi, Tambang (Minyak, Logam dan Mineral lainnya). Pertanyaan berikutnya apakah yang mesti kita lakukan?

Sementara disatu sisi pemerintah mengatakan kita perlu modal asing masuk untuk menopang pertumbuhan ekonomi untuk bisa membuka lapangan kerja dan mengurangi angka kemiskinan sementara secara tidak sadar kita sudah menggadaikan bangsa ini kepada pihak asing dan ujung-ujungnya kita hanya akan menjadi "kuli" atau penonton di negeri kita sendiri.

Ambil contoh salah satu kontraktor minyak (PSC) dari Amerika yang notabene lifting target minyak sangat digantungkan pada perusahaan tersebut, disatu sisi kontraktor utama dalam usaha explorasi dan produksi mereka juga menggunakan terutama perusahaan dari Amerika juga termasuk fasilitas yang digunakan untuk karyawannya misalnya kendaraan serta home appliance-nya yang nota bene sebagian besar akan di-claim dalam bentuk cost recovery, artinya walapun bagian mereka dalam PSC hanya 12  atau 8 % tetapi mereka sudah mendapat banyak dalam bentuk cost recovery, demikian juga setali tiga uang dengan Project Listrik 10.000 Megawatt tahap pertama, umumnya yang menjadi investor utama adalah dari China, sehingga semua kebutuhan kontruksi dan mesin utama didatangkan dari China, sementara suatu sisi kita menggaransi project tersebut, artinya hampir 70 s/d 80 prosen nilai investasi tersebut kembali kenegara mereka bahkan tidak aneh juga harga barang-barang tersebut sudah dimark up dengan berbagai alasan, dan parahnya lagi kreditnya katanya murah tetapi kalau dihitung dari A to Z kita sebagai bangsa dirugikan sekali, mereka kecil mengambil dibunga bank tetapi untuk besar di margin harga barang yang harus kita import.

Kasus lain diperusahaan asing tempat saya pernah bekerja (Perusahaan Minuman Ringan terbesar di Indonsia), dengan makin besarnya Investasi yang mereka tanam di Indonesia mereka harus mendatankan sampai 15 Expatriates yang notabene secara teknis dan jenis pekerjaan cukup 2 orang expatriate. Untuk diketahui benefit atau biaya untuk satu orang expatriate itu hampir 10 s/d 20 gaji dari senior manager. Sehingga tidak heran beberapa waktu lalu para karyawan mereka sampai demo karena kenaikan gaji yang tidak sesuai dengan harapan sementara para peminpin atau boss Bule mereka hidup bagai raja. Inilah paradox yang harus kita hadapi.

Pertanyaan berikutnya apa yang harus kita lakukan, jawabannya adalah memajukan dan memeratakan pendidikan serta priotas pertumbuhan ekonomi yang memang secara umum kita bisa kuat yaitu dibidang pertanian, perikanan dan kelautan serta industri kreatif.

Seperti yang pernah saya ulas ditulisa " Andai Saya Presiden Republik Indonesia" kita harus menjadi bangsa yang punya "dignity" atau harga diri dan jangan takut susah atau miskin asal kita berusaha kita bisa mandiri seperti yang sudah dilakukan oleh China, Iran, Korea dan Jepan.

Kata kunci berantas korupsi dan bila perlu revolusi, kalau tidak kita hanya menjadi jajahan dalam tataran ekonomi baru seperti yang sudah diungkap oleh Thomas L Friedman dalam bukunya "The World is Flat", bahwa untuk mendapat porsi pekerjaan di Amerika atau Jepang kita tidak harus kesana tetapi selama kita bisa menghasilkan produk yang kompetitif dan bersaing kita berarti sudah merebut lapangan kerja disana seperti yang sudah dilakukan oleh China dan Korea serta Jepang sekarang.

Salam

@MAcademy2407 : @Rizal2407

www.masrizal-academy.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun