Saya memang tidak sepenuhnya menonton ILC di TV One tadi malam (22/5), tapi saya menonton lansung sesi perdebatan sengit antara Pengacara Hotma Paris Hutapea (HPH) dengan Dirjen Paud Kemendiknas Lydia Freyani Hawarni (LFH), yang kalau saya lihat terasa agak memalukan kalau dilihat dari sisi ketokohan,  pendidikan dan jabatan yang disandang.
Logikanya semakin tinggi ketokohan, mentereng jabatan dan pendidikan yang bejibun, seharusnya kehalusan budi bahasa, etika dan tata krama yang santun dalam bersikap dan bertutur seharusnya bisa jadi contoh, tapi lihatlah bagaimana sikap atraktif  dan cendrung menang sendiri yang dipertontonkan HPH kepada seorang perempuan yang kebetulan menjabat sebagai Dirjen PAUD yang seharusnya  dapat dilakukan dengan cara yang lebih terhormat, sebagaimana layaknya orang berpendidikan termasuk dalam berdebat maupun berdialog.
Jangan terkesan bersitegang urat leher atau bahasa Jawanya ngeyelan yang akhirnya orang dapat membaca dan mengira-ngira dari cara bicara dan gayanya sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya, orang terhormatkah atau manusia hipokrit? seperti yang disitir Prof Sahetapy di ending acara ILC.? Silahkan pembaca Kompasioner nilai sendiri.
Terus terang, sebagai warga yang mencintai kedaulatan bangsanya, agak kaget saya mendengar ucapan HPH yang menganggap pendidikan luar negeri yang disandang anaknya (kalau tidak salah HPH London School) lebih pintar dan melebihi kepintaran yang lain, bahkan HPH dalam kesempatan itu juga secara lantang untuk meminta Perempuan berjilbab itu untuk mundur dari jabatannya. `
Okelah kalau begitu, katakanlah pendidikan bangsa ini sebegitu bokroknya, tapi apakah harus mencaci maki menjelekkaan bangsa kita sendiri dan memuliakan produk pendidikan bangsa asing yang katanya hebat dan membuat anak jadi pintar? Saya pikir tidak sejelek itulah, kalau mau jujur masih ado kok anak warga bangsa ini yang hebat dan pintar dari hasil didikan bangsa sendiri dan saya yakin mereka pasti bangga juga, walaupun tidak sementereng pendidikan dunia Barat.
Itu hak HPH untuk bicara apa saja, tapi yang perlu dingat HPH juga tokoh publik figur, di mana semua ucapan dan tingkah lakunya juga dilihat orang, belum tentu apa yang dilakukannya itu baik di mata orang sehingga menjadi blunder buat dirinya atau boleh ada yang mendukung, mungkin tanyakan saja pada rumput yang bergoyang kali ya? Ha..ha... tidak tahulah.
Ada-ada saja kelakuan abang kita yang satu ini, gampang marah dan emosian, sabar sedikit kenapa bang, apalagi menghadapi perempuan. Tapi pintar juga ibu Dirjen ngeles,  katanya ia  ngetes aja, ngerti ngak HPH, tapi sudah marah duluan, seperti sudah kehabisan kata-kata.... haduh.
Entah siapa yang benar dan salah, jangan sampai dunia pendidikan kita kecele lagi, anak bangsa ini kehilangan masa depannya. Karena kita abai dan tidak pernah peduli dengan dunia pendidikan bangsa sendiri dan selalu terkesima dengan apa yang datang dari luar negeri, padahal lihatlah JIS, apa yang terjadi, haruskah kita berdiam diri, saling bersitengang urat leher atau mari bersama-sama merubah kejelekan bangsa ini?...semua terserah kita.
Kita menaruh rasa hormat dan salut kepada orang-orang yang tidak mengharap pujian bahkan jarang dibantu tapi, masih tulus ikhlas merubah bangsa ini dengan dirinya dengan banyak berbuat dan berkarya dan sedikit bicara, sebab banyak bicara semakin banyak bohong dan banyak dosanya  kata Prof Sahetapy. Semoga kita mendapat pelajarann dari kasus yang kita lihat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H