Jaya dimedan perang berkarya dimasa damai adalah sebuah dokrin yang wajib dipegang oleh seluruh prajurit TNI, ketiadaan perang secara kasat mata bukan berarti Tentara tidak mampu berbuat untuk kemaslahatan bangsa. Dalam konsep perang modern, bukan berarti  perang melulu hanya dalam bentuk serbuan dan invasi asing, tapi wujud perang itu malah tanpa bentuk, dalam melemahkan sendi suatu negara yang dapat dilakukan lewat pelemahan ekonomi, penguasaan SDA, budaya dan informasi yang menyesatkan.
Sebenarnya, kalau bangsa ini tidak awas dan waspada dengan gerak gerik bangsa asing dengan segala caranya untuk menyerang bangsa ini, lama kelamaan bangsa ini tentu kehilangan immunitasnya, sehingga menjadi bangsa yang lemah dan mudah terpecah dan diobok-obok.
Ini tentu sama-sama tidak diinginkan, disinilah pentingnya kita punya pertahanan yang kuat, bukan saja dalam perspektif militernya (TNI), tapi juga dalam perspektif lain, pertahanan dalam bentuk lain juga harus kuat, salah satunya bangsa ini perlu punya daya tahan yang kuat dalam hal ketahanan pangan, harus dipastikan populasi penduduk yang besar harus ditopang oleh daya dukung pangan yang memadai.
Sebagaimana diketahui, dalam rangka percepatan pembangunan nasional, pemerintahan Jokowi melakukan beberapa terobosan penting, salahsatunya dalam waktu 3 tahun negara ini telah mampu berswasembada pangan, apakah dengan program peningkatan perbaikan  kualitas pertanian dengan memanfaatkan kemajuan ilmu dan tehnologi, termasuk penciptaan lahan-lahan sawah baru untuk menutupi defisit pangan.
Untuk mencapai semua itu digandenglah TNI (AD) dengan segala SDM dan potensi yang dipunyainya untuk membantu tugas pemerintah. Bagi seorang prajurit perintah tugas merupakan suatu penghargaan dan harus dilaksanakan secara tuntas, tugas membantu pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan lewat swasembada pangan dalam waktu  tiga tahun merupakan tantangan yang harus dijawab, perang itu tidak saja memanggul senjata tapi perang itu juga dapat memanggul cangkul untuk melawan perang krisis pangan dan ini merupakan salah satu tugas wajib bagi TNI (AD) dalam tugas operasi militer selain perang (OMSP).
Kasad jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, TNI AD diberi tugas oleh Presiden untuk mensukseskan program swasembada pangan. Setiap tugas yang diberikan oleh pimpinan, TNI AD tidak pernah gagal dalam melaksanakan tugas. Oleh karena itu kepercayaan yang diberikan harus dilaksanakan dengan sungguh sungguh melalui karya dan tindakan nyata dan tidak hanya sebatas semboyan saja (www.tniad.mil.id, 22/1).
Pertanyaanya, mampukah TNI AD membantu tugas mulia pemerintah ini dalam menciptakan Swasembada Pangan dalam waktu yang relatif singkat ?. Kita optimis TNI AD dalam hal ini akan mampu bekerja maksimal dalam mewujudkannya. rencana besar ini harus dibuktikan dilapangan.
Dari beberapa sumber yang kita himpun, respon TNI AD terhadap tugas penting ini ditindalanjuti dengan mengerahkan seluruh aparat teritorial yang tersebar diberbagai wilayah untuk menjadi bagian dari pelopor pertanian, bersama-sama komponen lain (petani, penyuluh pertanian dan lain-lain) turun kesawah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas prodiksi pangan. Bahkan TNI AD selalu siap menjadi tenaga terdepan dalam menciptakan lahan-lahan sawah baru. Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI AD juga harus mampu menjadi penyuluh pertanian sekaligus menjaga situasi keamanan baik sebelum maupun pasca panen.
Ada suatu hal yang menarik, sebagai respon cepat TNI AD dalam menghayati persoalan hidup orang banyak, TNI AD telah pula membuat gaya perang baru dalam menyemangati prajurit dilapangan dengan sebutan "Serbuan Teritorial". Bagi yang tidak paham tentu akan terjebak pada penafsiran yang salah, tapi bagi telah paham ternyata Serbuan Teritorial tersebut adalah salah satu jalam padi prajurit TNI AD dalam mendekatkan dirinya dengan masyarakat lewat program-program membantu peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, lewat karya bhakti, TMMD dan program terkini menyukseskan Program Swasembada Pangan dalam jangka waktu tiga tahun.
Kalau seandainya swasembada pangan ini sukses, tentu TNI AD telah mampu mewujudkan peran strategisnya dalam menghadapi perang yang tak berwujud ini yang konon bahayanya lebih dahsyat dari perang konvensional. Kita perlu membuang jauh-jauh pendapat bahwa tentara menjadi laskar tidak berguna karena ketiadaan perang, karena tugasnya tentara untuk berperang, tapi kita harus menyadari bahwa perang dimensinya banyak, perang melawan kemiskinan, perang melawan krisis pangan, perang budaya dan tehnologi informasi, apa salahnya Tentara juga ikut dalam berperang melawan ini, toh ini juga perang yang dapat meluluhlantakkan sendi-sendi negara, kalau begitu lanjutkan Tentara turun kesawah untuk mengalahkan perang krisis pangan.