Mohon tunggu...
Rizal Falih
Rizal Falih Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Ingin belajar membaca dan menulis\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Akhirnya Mas Hans Bicara (ECR-2 #46)

15 April 2011   03:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:47 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat pengumuman lengkap dengan photo yang tertempel di pos ronda, Rizal Falih sang Repotter Rangkat TV hanya mengelus dada, mana berani repotter mengirimkan kalung D itu ke Mommy istri pak kades. Walaupun ia begitu mengagumi kelembutan sang bu kades tetapi tak mungkin Repotter senekat itu.

Dan photo itu masih tertempel di pos ronda, ketika Repotter mendapat giliran ronda, Mas Hans sang hansip desa juga ada, sedang main-main sendiri dengan pentungannya. Kadang di elus kadang dibelai asyik sekali tampaknya. Maklum saja itulah barang yang paling berharga bagi dia, apalah arti hidup ini tanpa ada pentungan ini didiriku begitu katanya.

"Sendirian aja mas, awas tambah licin tuh pentungan dielus terus mas" Repotter pun menyapa Sang Komandan Hansip.

"Hem..", Mas Hans tiba-tiba langsung cemberut, seperti ikan cucut habis di parut. Sepertinya dia masih teringat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika ia melihat Dorma membisikan sesuatu pada repotter, tetapi karena terlalu dekat maka terlihat seperti sedang berpelukan.

"Tak perlu kau berbasa-basi wahai perebut kekasih orang"

Repotter terkejut dengan jawaban Mas Hans yang terdengar ketus.

"Maksudnya apa mas hans, aku masih belum ngerti"

"Ah sudah lah aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kelakuanmu dengan Dorma di pos ini."

Repotter mencoba mengingat kejadian yang telah berlalu di pos ronda ini, Oh Repotter baru mengerti apa yang membuat Mas Hans menjadi gundah gulana,lalu Repotter mencoba menjelaskan duduk perkaranya, Mas Hans pun terlihat mengangguk-anggukan kepala.

"Saya mau nanya sesuatu Mas Hans,"

"Apa tuch Zal?"

"Kenapa photoku bisa terpampang di pos ronda bersama tujuh pria dengan sejuta pesona, apakah mom menganggap aku mengharapkan cintanya?"

"E.. sebenerya anu Repotter.." Mas Hans menghentikan ucapannya.

"Anu apa nya mas, anu yang gimana, anu mu kenapa?" Repotter segera mencecar Mas Hans.

"Sebenernya Kalung itu Mas Hans yang kirim tapi bukan untuk Mom.. tapi untuk Jingga", mas Hans Tertunduk malu.

Repotter hanya terbengong, lalu ia pun melanjutkan pertanyaaanya.

"Jingga???  apa hubungan nya dengan "D"?"

"Klo inget Jingga, mas Hans teringat rokok kretek kesukaan Mas Hans Djaja, jadi nya mas Hans biasa memamanggil Jingga dengan sebutan Djingga... "

"Owwwwwwwwww....."

"Lalu bagaimana dengan nasib Dorma mas?"

"Sebenernya aku malu Zal, tapi memangnya hanya Si Bocing saja yang terobsesi untuk berpoligami, Mas Hans juga mau dong... "

Repotter kembali terbengong-bengong, poligami bukankah itu hal yang paling tidak disukai kaum wanita... ah tapi sudahlah, jika memang itu pilihannya..

****

Sore itu di telaga tujuh, Repotter berdiri di tepiannya, lalu Ia melemparkan sesuatu di pegangan tangannya, dalam hatinya ia pun berkata, "Beruntung aku belum mengirimkam Kalung dengan liontin "D" ini."

=====================================

DESA RANGKAT  menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda,  datang, bergabung  dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun