Dia ingin berteriak menjelaskan kepada orang-orang ini, "Saya bukan orang seperti itu!! Bahkan saya tidak pernah sekalipun mengatakan hal buruk tentang kalian !! "
Dan itu benar, dia tidak pernah berkata buruk tentang minoritas Tionghoa dan non muslim. Bahkan sekalipun mereka melakukan kesalahan, dia hanya mengangkat bahu dan berkata, "Biarlah kalangan mereka saling mengkoreksi diri sendiri, sebagaimana saya mengkritik Hijabers dungu itu."
Dia diam-diam sebetulnya merasa khawatir, kalau sampai dia berani mengkritik mereka, meski jelas berbuat salah, nanti dia akan terjerumus menjadi seperti Hijabers Dungu. Amit-amit!
Dia merasa bertambah geram pada para Hijabers Dungu, gara-gara mereka diperlakukan seperti ini!
Sekembalinya dia kerumah, dia lebih bersemangat lagi menyerang Hijabers Dungu di Internet, yang tampaknya juga bertambah semangat melawan dirinya. Tiap hari dia menyerang, merendahkan, menunjukkan dimana letak kesalahan Hijabers Dungu ini, dan setiap kali Hijabers Dungu membalas dengan keganasan yang sama.
Tapi hal aneh terjadi. Semakin dia merendahkan Hijabers dungu, semakin rendah dia diperlakukan oleh orang-orang yang tidak mengenalnya. Semakin dia mengatakan Para Hijabers dungu ini orang-orang radikal intoleran, semakin banyak orang yang mencurigai dirinya sebagai radikal intoleran. Bahkan ada yang menarik hijabnya, melempar kepalanya, mengancamnya dengan halus, dan berteriak padanya dari kejauhan : 'Teroris!'
Dia merasa marah sekali! Tidak tahukah mereka betapa dia, Hijabers A, sudah berjuang mati-matian membela mereka? Membela kaum minoritas? Membela non muslim? Kalau mereka bertanya pada keluarga dan teman-temannya, mereka akan mengerti bahwa ini sebuah kebenaran. Karena bahkan keluarganya sendiri akan dilawan kalau mereka bersikap seperti para Hijabers Dungu. Tidak tahu terima kasih. Dia mulai merasa marah.
Tapi orang-orang ini tidak mengenalnya, tidak bisa membedakan hijabnya dan hijab milik para Hijabers Dungu. Hijab yang dipilih untuk dipakai karena imannya, adalah hijab yang sama dengan para Hijabers Dungu. Dimata mereka, DIA lah satu diantara hijabers dungu itu.
Di ujung internet lain seorang buzzer pengadu domba menghembuskan asap rokoknya dengan puas. Menutup applikasi sosial media bergambar wanita berhijab miliknya, mematikan rokoknya, lalu menyelamati dirinya sendiri dengan senang, dia sudah mencetak satu lagi Hijabers Dungu.
Artikel ini juga akan diterbitkan di Blog pribadi saya : Rizahariati.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H