Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Sosial Merusak Citra Hijabers

5 Juli 2020   03:52 Diperbarui: 5 Juli 2020   04:48 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atau merasa diri sendiri tidak berharga, karena berhijab. Sehingga melihat sesama muslim yang lebih baik nasibnya, hatinya terasa sakit, merasa dirinya tidak berharga, lalu ingin menyakiti hati mereka. Melakukan prank. Sebaliknya saat orang merendahkan dirinya, dia merasa pantas diperlakukan demikian. Pantas menjadi miskin, terbelakang, dan sebagainya.

Tapi tujuan utamanya menurut pendapat saya, bukan sekedar merusak citra muslim tetapi polarisasi. Ingat kutub Islam Radikal vs Komunis? Media sosial tampaknya ingin menarik agar orang terkotak-kotak lagi kedalam pola basi yang sama.

Saya yakin banyak orang-orang di media sosial, bahkan saya curigai di Kompasiana, yang melihat artikel saya yang memuji-muji suku tertentu atau Jokowi serta semua keputusannya, langsung senang, memberikan title pilihan atau bahkan headline. Dan yang membaca berjibun. Padahal artikelnya menurut saya berkualitas rendah.

Sebaliknya jika saya berkeras bahwa suku itu atau non muslim ada kesalahan, karena mereka bukan malaikat yang sempurna. Atau saat saya mengkritik Jokowi dan kebijaksanaannya, misalnya. Langsung merasa saya intoleran. Tidak peduli kebenarannya.

Ini karena mereka sudah masuk kedalam satu kutub, sehingga apapun kritikan dianggap sebagai serangan yang harus disingkirkan. Bahkan menyebut kata tukang mebel di judul akan membuat saya diabaikan. Saya nyengir setiap kali mengingat hal ini.

Serangan kepada saya dulu, bukan sekedar ingin membuat saya sebagai muslim terlihat buruk, tapi juga ingin mendorong saya untuk masuk lebih jauh lagi menjadi Islam yang fanatik, yang membenci mereka yang tidak sama dengan saya. Lalu menyerang mereka.

Tapi yang tidak mereka sadari, atau mungkin tidak mereka bisa terima, banyak orang non muslim yang sudah baik pada saya. Terutama mereka yang tidak terlibat media sosial, mereka yang tetap berkawan dengan saya meski saya saat itu berhijab, yang mengambil saya sebagai pegawai dan memperlakukan saya dengan baik, meski saya orangnya nyentrik.

Bahkan ada satu mantan bos saya, begitu baik bahkan setelah saya mengundurkan diri dia merayakan perpisahan dengan saya dengan nasi tumpeng plus pidato terimakasih yang sangat menyentuh. Kebaikan ini menjadi pegangan saya saat saya menghadapi banyak orang yang memperlakukan saya sebaliknya saat saya pindah ke tempat saya sekarang.

Lalu sebaliknya, ada media-media 'Islam fanatik', yang juga sebetulnya membuat muslim terlihat buruk, menampung muslim yang terpinggirkan, yang disakiti, mengolah mereka agar bisa digunakan untuk diadu dengan sesama rakyat sewaktu-waktu.

Media sosial adalah area yang tidak terjangkau oleh ulama-ulama kita yang sudah tua, atau tetua kita yang menyayangi rakyat dan cerdas, sehingga tidak ada orang yang bisa secara aktif, masuk memeriksa kolom komentar satu-satu, lalu menasihati mereka. Kebanyakan adalah anak-anak muda berdarah panas, yang melihat standar kebaikan yang terlihat keren dipermukaan saja.

Dengan demikian, orang-orang bisa mempengaruhi pemikiran anak-anak kita dengan sesuka hati mereka. Ini sudah dilakukan Amerika bertahun-tahun dengan mendominasi media sosial semenjak internet pertama kali muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun