Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manajemen Teror terhadap Kematian

13 Agustus 2019   19:01 Diperbarui: 13 Agustus 2019   19:54 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reaksi pertama adalah berusaha mengacuhkannya. Meremehkan mereka yang memiliki manajemen yang berbeda. Misalnya Penganut agama yang taat, yang percaya pada kehidupan setelah kematian saat bertemu dengan Atheis yang mengatakan : tidak ada apa-apa setelah kematian akan menertawakan dan merasa Atheis itu bodoh dan sial.

Karena pengakuan atas kepercayaan yang berbeda, akan mengusik, menggoyahkan kepercayaan pada kebenaran Manajemen Teror kita sendiri. Menggoyahkan perlindungan kita terhadap rasa takut kita yang besar akan kematian.

Tapi jika jumlah mereka atau sikap argumentatif mereka terlalu besar untuk diacuhkan. Argumentasi mereka terlalu tajam untuk diremehkan, hal berikutnya yang muncul adalah kemarahan. Orang marah biasanya karena mulai ragu pada kepercayaannya sendiri. Sehingga tanpa sadar dirinya mulai ketakutan, diteror oleh rasa takut mati yang sudah berhasil dikelolanya dengan baik.

Orang marah karena keberlangsungan hidup mereka jadi terancam dengan keberadaan orang lain dengan Manajemen Teror yang berbeda.

Mereka yang Pancasila, marah setengah mati kepada Komunis dan Khilafah. Mereka tanpa sadar terteror rasa takut, bahwa perlindungan kehidupan, keabadian nilai yang bisa mereka wariskan kepada anak cucu akan goyah. Juga sebaliknya, penganut komunisme atau khilafah merasa takut, bahwa kehidupan mereka menjadi tidak berarti. Kelak saat mati, semuanya akan menjadi sia-sia.

Penganut komunisme, yang merasa kepercayaan mendalam terhadap Agama adalah racun yang akan mengganggu komunitas akan marah pada Pancasila DAN Khilafah. Karena dalam Pancasila ada Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian juga penganut khilafah, yang tidak bisa melihat jalan keselamatan lain selain negara Agama Islam, merasa terteror dengan Komunisme dan Pancasila.

Karena penganut Khilafah tidak sadar bahwa justru keabadian sebagai negara akan segera menghilang dengan Khilafah, karena jelas NTT, Papua dan Maluku akan langsung membebaskan diri dari negara Khilafah. Yang merasa terteror dengan Manajemen Teori Islam.

Pada akhirnya, jika kemarahan ini tidak bisa diselesaikan secara bijaksana. Misalnya jikalau kita memiliki presiden yang terlalu lemah sehingga bersikap sangat otoriter. Membuat orang merasa keberlangsungan Manajemen Teror mereka terganggu. Kemarahan ini meledak menjadi konflik bahkan peperangan.

Pixabay/Conflict
Pixabay/Conflict
Kita ingat diawal penjajahan penjajahan kulit putih diseluruh dunia, mereka akan memaksakan agar pribumi jajahan mereka untuk mengikuti Manajemen Teror mereka sendiri yaitu kristiani. Sehingga mereka mengkristenkan secara agama atau setidaknya secara budaya, negara-negara yang akan mereka kuasai.

Secara budaya hingga kini kita bisa lihat orang yang awalnya telanjang, menutupi dirinya dengan baju dan yang tadinya tidak peduli pada homoseksualitas berbalik menghujat homoseksualitas. 

--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun