Salem, Massachusetts, Amerika, 1692. Betty Paris, putri dari Pendeta Samual Parris, dan sepupunya Abigail Williams, mendadak kejang-kejang dan histeris. Mereka seolah ditarik kesana kemari oleh kekuatan yang tidak terlihat. Tangan, punggung, leher dan kaki mereka meliuk-liuk kesegala arah dalam posisi yang aneh. Tidak mungkin mereka bisa melakukan itu dengan sengaja.
DesaMereka tidak bisa makan, tidak bisa bicara, hanya menjerit-jerit histeris saja. Merangkak-rangkak kebawah mebel sambil mengeluarkan suara-suara menyeramkan.
Dokter yang dipanggil pun kebingungan. Tidak ada, sepanjang pengetahuannya, penyakit semacam ini. Menemui jalan buntu, akhirnya dokter menjatuhkan diagnosanya : kedua anak ini adalah korban Ilmu Sihir.
Di tahun 1450 sampai tahun 1800 an, diagnosa penyakit yang diakibatkan ilmu sihir merupakan hal yang dianggap normal. Senormal diagnosa terhadap penyakit flu dan muntaber.
Saat itu penyihir dianggap sebagai orang-orang jahat, yang dengan bantuan kekuasaan gelap atau setan melakukan berbagai kerusakan demi keuntungan pribadi mereka. Saat mereka menginginkan sesuatu dan tidak diberikan, maka mereka akan mengutuk korbannya atau hewan peliharaan mereka.
Karena kekejamannya, penggunaan ilmu sihir dalam undang-undang dimasa itu merupakan kejahatan besar. Jika terbukti melakukan sihir, maka hukumannya sangat berat, mulai dari denda yang sangat besar, sampai hukuman mati.
Karenanya diagnosa dokter atas Betty dan Abigail menimbulkan kegemparan. Siapakah yang berani-beraninya mengutuk mereka dengan sihir? Lalu bagaimana mereka bisa mencari Tukang Sihir tersebut?
Akhirnya seorang budak, Tituba, yang berdarah Indian, berinisiatif untuk membuat sebuah kue yang dicampur dengan air kencing (bwekh) dari kedua anak korban sihir tersebut. Kue ini kemudian diberikan kepada seekor anjing pelacak, yang dipercaya akan dapat menunjukkan mereka kearah si penyihir.
Ini malah membuat murka Pendeta Samuel. Karena metode seperti ini tidak ada dalam ajaran Kristen. Ini pastilah cara-cara penyihir!
"Kita tidak boleh meminta bantuan Setan untuk mengejar Setan!" Serunya marah,"Sekarang setan sudah ada dimana-mana. Kita harus berpuasa dan berdoa untuk dapat mengusir mereka!"
Tetapi setelah berminggu-minggu berpuasa, situasi kedua anak ini tidak kunjung membaik.
Dengan teknologi kesehatan masa kini, mungkin akan dapat didiagnosa dengan tepat apa yang terjadi pada kedua anak itu. Tapi jaman dulu, bahkan mikroskop saja baru ditemukan. Boro-boromenemukan penyakit yang rumit-rumit.
Ada juga yang diam-diam merasa curiga. Berbisik-bisik dibelakang menceritakan bahwa anak-anak itu hanya berpura-pura sakit. Jika ada tamu datang membesuk, mendadak mereka kejang-kejang dengan hebat. Saat tidak, mereka baik- baik saja. Tapi karena mereka ditutupi dari publik, tidak ada yang benar-benar bisa membuktikan.
Lalu kecurigaan ini bertambah besar. Bahkan ada yang mulai menuduh, jangan-jangan kedua anak inilah penyihir yang dikuasai setan. Lalu akhirnya diputuskan menanyakan langsung pada keduanya : Siapa yang melakukan kejahatan ini pada kalian?
Ketakutan dan tertekan, kedua anak ini akhirnya asal saja menuduh Tituba, budak mereka, sebagai pelaku penyihir ini. Tituba pun diajukan ke pengadilan.
Dalam pengadilan, awalnya Tituba menyangkal sudah menaruh sihir kepada anak-anak ini. Dia justru berusaha menolong mereka!
Tetapi Jaksa yang berpengalaman menginterogasi kasus yang sama, dengan lihai memutar balik, menekan, mengintimidasi, sehingga Tituba, seorang budak tanpa pendidikan, tidak punya pilihan lain selain mengakui. Mengakui hal yang sama sekali tidak dia kerjakan.
Tidak hanya itu, Tituba juga menyeret beberapa orang lainnya sebagai kaki tangan setan yang juga menyihir anak-anak itu.
Kemudian hal yang aneh terjadi. Histeria yang diderita Betty dan Abigail, mendadak menyebar kerumah rumah lain. Kebanyakan penderitanya gadis-gadis muda remaja. Saat ditanya, seperti Betty dan Abigail, mereka pun asal menuduh beberapa orang, yang kemudian langsung ditangkap.
Mereka yang dituduh tidak hanya dari kalangan rendahan dan budak, sebagai mana Tituba. Martha Corey, yang merupakan anggota gereja yang terhormat, juga kena tuduh oleh para pembantunya yang mendadak histeris sampai kejang-kejang.
Berbeda dengan Tituba, budak yang langsung mengaku. Martha Corey membantah habis-habisan tuduhan ini sehingga Jaksa, yang memang tidak punya bukti selain tuduhan sembarangan dari para pelayan. Martha Corey menghimbau hati nurani orang-orang dan berdoa kepada Tuhan agar orang-orang ini disadarkan.
Kalang kabut terdesak, akhirnya jaksa malah menyimpulkan : Martha Corey sudah dikuasai setan. Tidak perlu lagi pengakuan. Langsung saja dilempar kepenjara!
Tapi penderita histeria ini semakin banyak, yang berarti korban tuduhan sembarangan juga semakin banyak. Tidak hanya mereka yang dituduh sebagai penyihir yang ditangkap. Keluarga mereka juga dibawa serta, dijebloskan kepenjara. Perburuan Penyihir pun dimulai.
Orang-orang yang sedang bertengkar, berebut lahan atau berebut harta warisan pun memanfaatkan kehebohan ini. Saling menuduh lawan mereka sebagai penyihir, melaporkan kepada yang berwajib. Yang tanpa banyak pemeriksaan, langsung menangkapi siapa saja yang tertuduh sebagai Penyihir.
Lebih dari 200 orang ditangkap tanpa bukti kuat, rumah mereka digeledah, harta mereka disita. Ditambah lagi, mereka harus membayar ongkos makan mereka selama dipenjara!
Sepanjang pengadilan terhadap orang-orang ini, dilakukan berbagai pembuktian bahwa benar mereka sebagai tukang sihir dan semuanya tidak masuk akal.
Misalnya orang-orang ini disuruh menyentuh mereka yang menjadi 'korban' sihir yang sedang kejang-kejang dan histeris. Jika saat disentuh kejang-kejangnya berhenti, berarti mereka benar penyihirnya.
Pembuktian lainnya adalah dengan memeriksa tubuh mereka, jika ada tanda lahir yang mencurigakan, pastilah penyihir.
Demikian juga mereka yang dirumahnya menyimpan ramuan dan bumbu yang tidak dikenal, mengkoleksi buku ramalan seperti primbon, buku horoskop, semuanya merupakan bukti penyihir.
Dari 200 orang ini, beberapa meninggal didalam penjara, 19 diputuskan bersalah sebagai pengguna ilmu sihir dan dihukum mati dengan cara digantung. Dan satu orang meninggal karena siksaan yang berat.
Jaman dulu belum ada internet, sehingga baru beberapa tahun kemudian berita tentang perburuan penyihir yang tidak adil ini sampai kepada masyarakat Amerika. Kritik keras berdatangan dari seluruh penjuru negeri. Sampai ratusan tahun kemudian, para keluarga korban yang dituduh sebagai penyihir ini terus meminta keadilan.
Dalam jangka waktu beberapa dekade, beberapa 'korban' pun mulai mengaku bahwa mereka tidak disihir. Mereka tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini, karena mereka sebetulnya hanya ikut-ikutan saja.
Pengadilan pun mulai membatalkan kasus yang sudah diputus satu demi satu. Sampai akhirnya, pada Halloween 31 Oktober 2001, 300 tahun setelah perburuan penyihir besar-besaran di Salem, seluruh tuduhan sebagai tukang sihir dibatalkan.
Sekarang orang Amerika, yang sudah punya tingkat pendidikan lebih tinggi dibanding masa itu, tidak lagi mempercayai sihir. Mereka sekarang mengenang dengan ngeri, betapa tuduhan sembarangan, bisa mengakibatkan histeria masa. Juga betapa pengadilan yang kacau tanpa metode pembuktian yang kuat, bisa memakan korban begitu banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H