Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Apa Kabar Giant dan Hero?

26 Juni 2019   11:52 Diperbarui: 26 Juni 2019   17:57 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keadaan Giant Ekspress Mampang Prapatan saat memberikan diskon besar-besaran karena gerai akan tutup, Minggu (23/6/2019(FIKA NURUL ULYA)

Saya sama sekali tidak merasa terkejut saat mendengar kabar Hero Group lagi-lagi akan menutup anak usahanya, salah satunya ialah Giant, setelah sebelumnya menutup banyak cabang Hero supermarket. Saat ini, pemain baru berdatangan dengan ide dan kreativitas baru, meninggalkan mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman.

Misalnya untuk daerah Serpong, meski sejauh ini tidak sampai tutup, Giant yang dulu merupakan tempat belanja paling ramai di BSD, harus bersaing dengan banyak sekali pendatang baru.

Pendatang baru terkuat di sini adalah AEON, supermall dengan konsep gaya hidup Jepang yang menitikberatkan kepada wisata kuliner di Mall-nya. Sekitar 140 tenan kuliner berada di sana, ditambah dengan bioskop, arena bermain anak, sehingga tidak heran jika banyak orang berbondong-bondong datang. Apalagi jika di akhir minggu, pengunjungnya bisa mencapai 50 ribu orang per hari.

Supermarket AEON di dalam supermall ini sebetulnya tidak lebih besar ketimbang hypermarket Giant, bahkan untuk beberapa produk bisa dikatakan sedikit lebih mahal, tetapi daya tarik wisata kuliner hingga pelayanannya yang ramah dan disiplin ala Jepang, maka tak heran AEON mampu bersaing dengan strategi banting harga ala Giant.

Biasanya saya ke AEON, jikalau ingin berbelanja barang-barang yang berkaitan dengan produk Jepang atau Korea, seperti  Kimchi, sushi, tempura dan sebagainya.

Hypermarket lain di Serpong yang merupakan pesaing baru adalah Lulu Hypermarket. Yang lokasinya berdekatan dengan area kuliner Q Big.

Hero tahun 70-an. Source : Hero.co.id
Hero tahun 70-an. Source : Hero.co.id
Hypermarket asal Uni Emirat Arab ini cukup nyentrik dengan kumandang suara azan dan lagu-lagu slow rock 90-an yang keren. Kalau Lulu memutarkan suara ngaji terus dijamin saya akan kabur heheheh. Jikalau saya perhatikan, rata-rata pengunjung Lulu datang dari kalangan non muslim hingga ibu-ibu bercadar. 

Di sini, diluar produk-produk standar, saya bisa membeli Nasi briyani, Chicken Tandoori, produk kacang-kacangan dan manisan ala Timur Tengah dan India. Kurma juga ada, jadi tidak harus menunggu di bulan puasa. Sejauh ini pelayanannya cukup ramah, mungkin karena masih baru ya.

Saingan lain dari Giant adalah minimarket. Saya pribadi lebih suka pergi ke minimarket untuk pembelian dalam jumlah kecil. Masa hanya mau beli mie dan keripik, saya harus mengarungi supermarket yang super luas dan harus antri superlama? Belum lagi saya harus dandan supaya tidak dicemberuti SPG, kasir dan juga satpam. Repot sekali! Kalau di minimarket kan, paling-paling, saya hanya dicemberuti kasir saja. Heheheh...

Kemarin, di luar kebiasaan, saya berbelanja di Giant Hypermarket untuk membeli Germakiller, sparepart filter air saya. Sudah lama juga saya tidak ke Giant, lebih dari satu tahun, tetapi filter yang saya cari setahu saya hanya ada di Hero atau Giant, sehingga mau tidak mau saya harus ke sana.

Sebetulnya bisa saja saya memesan secara online yang JAUH lebih murah, tetapi karena tidak sabaran sekaligus juga karena iseng ingin jalan-jalan, akhirnya saya pergi juga. Selain itu juga saya penasaran  ingin tahu kabar Giant sekarang setelah membaca berita tutupnya cabang-cabang Giant dan Hero.

Saya ke sana sekitar jam 2 siang di hari kerja, jadi masih agak sepi, sehingga saya bisa celingak celinguk. Kesan saya tidak banyak perubahan, paling hanya terasa lebih luas karena barang-barang yang biasanya bertumpuk berdesak-desakan sampai menutup pandangan sekarang diatur agak jarang. Pegawai di kasir juga masih seperti yang saya ingat, berteriak ngobrol satu sama lain saat melayani pelanggan yang saat itu hanya beberapa orang saja.

Sayangnya setelah celingak celinguk agak lama, saya hanya menemukan Germakiller tipe yang lebih kecil dari yang saya perlukan. Saya bertanya kepada satu mbak SPG yang kebetulan lewat, dan dijawab memang produk sedang tidak tersedia. Sayang juga sih, padahal di pajangan ada 3 jenis water filter, yaitu kecil, sedang dan besar. Tapi sayangnya, sparepart yang saya temukan hanya ada yang kecil. 

Akhirnya saya terpaksa pergi ke Hero yang lokasinya agak lebih jauh di Living world Alam Sutera. Tapi karena memang niatnya sekalian jalan-jalan, saya senang-senang saja pergi.

Hero sedikit ramai ketimbang Giant, tapi kok rasanya lebih kecil dari sebelumnya ya? Mungkin saya yang sudah lama tidak ke sana sehingga salah ingat. Tapi sama seperti Giant, Hero juga tidak banyak perubahan.

Untunglah di sini saya menemukan Germakiller yang saya cari, sehingga saya tidak perlu memesan online. Sekalian saya membeli beberapa item, mumpung sedang ada di Supermarket, sehingga belanja mencapai lebih dari 1 juta rupiah.

Saya dilayani kasir yang mungkin sedang sedih mendengar berita penutupan berbagai cabang Hero dan Giant, sehingga melayani dengan pelan dan lesu tanpa semangat. Ini membuat saya teringat pada pelayanan Hero di tahun 2012-an waktu saya masih tinggal di Patal Senayan Jakarta

Meskipun saya dulu adalah arsitek kelas buluk, dengan penampilan yang setanding buluknya, karena belum mengenal makeup, tapi datang ke Hero saya disambut dengan energi positif oleh pegawainya. Bukan dengan teriakan selamat datang yang mengagetkan itu, tapi senyum dan teguran ramah biasa yang normal.

Dan managernya saya lihat semangat mondar mandir ikut membantu pekerja yang lain. Mungkin karena zaman belum sesulit sekarang sehingga semua bekerja dengan senang (sulit untuk Hero maksudnya).

Kasirnya dulu banyak yang ibu-ibu. Di kasir pun dulu tidak mengenal ucapan, "terima kasih datang kembali" seperti kebanyakan kasir sekarang. Tapi terima kasih biasa yang sepenuh hati dan ramah. Meski lebih dewasa ketimbang saya, mereka sama sekali tidak bersikap meremehkan. Sehingga saya yang minderan merasa senang.

Dulu, di sekitar Hero banyak penjual kaki lima dan kios-kios makanan yang sederhana tapi enak sekali. Bubur, sate, siomay dan ada tukang asinan langganan saya.

Yah, saya mengharapkan ada perubahan yang baik dan kreatif sehingga pelayanan Hero dan Giant mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, lebih adaptif terhadap kebutuhan lokal, sehingga bisa survive melewati cobaan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun