Di tengah kota Mataram yang ramai dan dinamis, Sungai Ancar menjadi saksi bisu dari aktivitas masyarakat perkotaan yang tak henti-hentinya berlangsung. Namun, apakah aktivitas tersebut berdampak pada kualitas air sungai yang menjadi sumber air bagi masyarakat? Dalam artikel ini, kita akan mengungkap kualitas air Sungai Ancar dan dampak aktivitas masyarakat perkotaan yang berpengaruh pada kualitas air sungai.
Kualitas air sungai di daerah hilir (muara) lebih rendah dibandingkan di daerah hulu (mata air). Hal ini terjadi akibat limbah industri dan rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu terkumpul di muara sungai.Â
Air sungai Ancar merupakan sungai yang melalui daerah yang berpenduduk padat dan digunakan juga untuk pembuangan limbah rumah tangga, sampah dan limbah Industri rumah tangga ( tahu dan tempe ) serta berbagai bentuk aktivitas penduduk dilakukan di sana seperti mandi, cuci, kakus dan lain-lain.
Dalam hal ini Dinda Komala Fajri selaku mahasiswi Universitas Mataram, Prodi Ilmu Lingkungan, yang didukung oleh Dewan SDA Provinsi Nusa Tenggara Barat, Komisi Irigasi Provinsi NTB, dan BWS Nusa Tenggara I melakukan monitoring kualitas air sungai Ancar pada tangggal 12 juni 2024 yang bertujuan untuk mengetahui dampak dari aktivitas masyarakat perkotaan mataram.Â
Sebelum melakukan monitoring, Unit hidrologi dan uji kualitas air memberikan pemaparan materi yang berisi tentang cara pengambilan sampel air dan apa saja alat yang digunakan.
Berdasarkan hasil pengujian air sungai Ancar menurut PP Nomor 22 Tahun 2021, sungai tersebut menunjukkan kualitas air yang sangat baik. Suhu udara dan air keduanya berada dalam kelas I dengan deviasi 3, menunjukkan bahwa air sungai Ancar bersih dan aman untuk dikonsumsi. pH air sungai Ancar juga berada dalam kelas 1 (6-9), menunjukkan bahwa air sungai Ancar bersifat netral dan tidak bersifat asam atau basa.Â
Selain itu, hasil uji daya hantar listrik (DHL) dan uji salinitas menunjukkan bahwa air sungai Ancar bersih dan tidak mengandung kadar garam yang berlebihan. Namun, perlu dicatat bahwa tidak ada batas spesifik untuk parameter DHL dan salinitas, sehingga lebih banyak penelitian diperlukan untuk menentukan batas maksimum yang aman untuk parameter tersebut.
Secara keseluruhan, hasil pengujian menunjukkan bahwa air sungai Ancar bersih dan aman untuk dikonsumsi, tetapi lebih banyak penelitian diperlukan untuk menentukan batas maksimum untuk parameter DHL dan salinitas.
Dengan demikian, hasil pengujian parameter air Ancar dapat dikategorikan sebagai Kelas I, yang memungkinkan penggunaan air untuk berbagai tujuan, termasuk air baku air minum dan prasarana/sarana rekreasi air, serta pembudidayaan ikan air tawar dan peternakan.Â
Air Ancar dapat dikategorikan sebagai Kelas I, memungkinkan penggunaan air untuk berbagai tujuan seperti air baku, air minum, prasarana/sarana rekreasi air, serta pembudidayaan ikan air tawar dan peternakan.Â
Namun, perlunya dipertegas bahwa hasil uji sederhana ini belum dilengkapi dengan uji spesifik seperti COD, BOD, OD, dan nitrat. Oleh karena itu, belum dapat dipastikan apakah air tersebut aman untuk dikonsumsi sehari-hari. Uji sederhana yang dilakukan hanya sebagai tahap awal, namun masih diperlukan uji lanjutan untuk memastikan kualitas air yang lebih spesifik dan akurat.
Pengujian air memiliki signifikansi penting dalam mengetahui kualitas air sungai Ancar dan dampak aktivitas masyarakat perkotaan terhadap kualitas air sungai ini. Hasil monitoring ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam upaya pengendalian pencemaran air sungai Ancar dan meningkatkan kualitas air sungai Ancar.Â
Selain itu, penelitian ini juga dapat membantu masyarakat setempat memahami pentingnya menjaga kualitas air sungai Ancar dan berkontribusi pada upaya pengendalian pencemaran air sungai Ancar.
Penulis: Dinda Komala Fajri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H