.
Sukhoi memang canggih. Dalam Video terlihat manuver-manuver dalam sudut kecil yang dilakukan oleh Sukhoi SSJ 100 sangat manis dan tak menimbulkan getar yang menyebabkan pesawat menjadi tak stabil apalagi oleng. Demikian juga halnya bila kita melihat Video Demo Flight terakhir sebelum jatuh di Gunung Salak. Tampak jelas sekali SSJ-100 adalah pesawat komersil yang canggih seperti yang terlihat pada video dibawah ini.
.
Melihat ke dua video ini, sangatlah sukar membayangkan adanya kekurang-patutan teknis berkaitan dengan musibah yang dialami Sukhoi SSJ-100 di gunung salak (9/05). Bilapun seperti adanya keterangan dari Lembaga Antaraiksa Nasional tentang adanya awan kumulonimbus yang super tebal yang menyelimuti area seputar Gunung Salak, namun ternyata SSJ-100 dengan bobot desain tak lebih dari 45 Ton, disinyalir oleh para ahli penerbangan sudah cukup layak guna menghadapi cuaca buruk sekalipun.
Sukhoi Menabrak Setelah Menembus Kumulonimbus
Walaupun Sukhoi yang jatuh adalah pesawat pengganti :
Ternyata Sukhoi yang Jatuh Itu Pesawat Pengganti
tetapi tak merubah image, tidak ada kekurangan dari segi kesiapan tekhnologi SSJ-100 untuk mengarungi penerbangan yang aman.
Sukhoi Superjet Sempat Memutari Gunung Salak
Manuver terbang rendah di area Gunung Salak yang dilakukan SSJ-100 mungkin adalah salah satu cara meloloskan diri dari kepungan ketebalan awan ketimbang naik hingga puluhan ribu kaki lagi. Tetapi topografi pegunungan tinggi depan mata tak terlihat dari kokpit. Mungkin pilot memberanikan diri untuk turun pada ketinggian 6000-ft setelah berbekal persetujuan menara kontrol.
Walau alat sensor akan dekatnya daratan telah berbunyi ketika pilot menurunkan ketinggian pesawat, namun pegangan seorang pilot yang pandangannya telah terhalang awan hanyalah panduan bahwa : di 6000 ft adalah ketinggian yang aman jadi, jangan kuatir itu daerah bebas tebing!
Pertanyaannya : O, O, Siapa sih namanya si dia yang mengizinkan itu!?
Dan yang juga tak kalah penting adalah berapa banyak sih bahan bakar yang dibawa Sukhoi? Sehingga pilot memilih turun ketimbang naik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H