Mohon tunggu...
Riza Gassner
Riza Gassner Mohon Tunggu... lainnya -

...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengutuk Batalnya Kenaikan BBM!

1 April 2012   03:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:11 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BBM tidak jadi naik namun, semua bahan-bahan di pasar sudah naik dan ogah turun lagi. Segala demo menolak kenaikan BBM yang inovatif untuk memancing aksi anarkis dari kepolisian dan Aksi super norak anggota DPR bersidangtidak bisa mengembalikan harga yang sudah terlanjur naik di pasar. Sebelum isyu kenaikan BBM, beras rakyat jelata sudah Rp. 7000/liter. Kini, Beras kualitas kurang baik itu sudah berkisar Rp. 9500/liter, belum lagi harga cabai, bawang atau lada dan semua harga-harga yang melambung di pasar belum juga menunjukan kesediaan untuk turun lagi. Harga barang sudah seperti kelakuan seorang pejabat, mau naik ndak sudi turun!

Jika penyelenggara negara, Pemerintah dan DPR ngomong-ngomong kosong 6 kali saja tentang "BBM mau naik" maka, harga di pasar segera naik 6 x pula tanpa basa-basi ndak mau tahu pemerintah dan DPR itu cuma ngomong tok, ndak serius! Jika baru pada kali ke 7 omongan Pemerintah dan DPR BBM benar-benar jadi naik, berarti harga naik sudah 7 kali ditambah 1 kali selang 1 hari sejak BBM naik.

Jadi untuk menaikan sekali saja nilai BBM, rakyat bisa dikorbankan hingga 8 kali. Sebagaimana kata SBY, "Harga BBM dalam era saya, ada 3 kali kenaikan dan 3 kali penurunan,"  Jakarta, Sabtu (31/3/2012). Tetapi 3 kali penurunan harga BBM yang dilakukan SBY tidak otomatis menurunkan harga di pasar 3 kali juga! Faktanya, harga dipasar satu kalipun saja tak mau turun, apalagi mau sampai 3 kali turun, mustahilah itu! Dan mata uang rupiah pun rasanya makin tak laku dibelanjakan di pasar karena rentan dipermainkan naik turun omong kosong BBM! Nonsens, tetapi menjadi keuntungan nyata bagi tengkulak  di pasar!

Lalu bagaimana, agar demo di jalanan menolak kenaikan BBM juga bisa berdampak tertolaknya kenaikan harga di pasar? Apakah harus bisa lebih inovatif lagi dalam memancing aksi anarkis kepolisian yang lebih besar? Kalau harga di pasar tak turun, apa gunanya berdemo? Cari fulus!? Cari nama!? Cari muka!?

Dan bagaimana sidang DPR bisa menurunkan harga di pasar? Apakah harus lebih norak lagi dan kalau perlu bersidang sambil bertinju? Kalau harga di pasar juga tetap tak mau turun, apa gunanya bersidang? Cari fulus diluar gaji? Cari sensasi? Cari tenar!?

Terus terang saja, 10 kali pembatalan kenaikan BBM berarti tersedia 10 isyu bagi para pecinta demo untuk mengais rezeki dengan memanfaatkan keluguan para junior, 10 agenda untuk DPR bersidang dengan dana rakyat, 10 masalah yang harus diatasi kepolisian dengan dana operasi dari rakyat. 10 kali harga bahan-bahan di pasar naik! Dan muara dari semua itu adalah, belum tereformasinya pandangan religius orang-orang aktifis politik yang ada di pemerintahan & DPR maupun aktifis yang ada di jalanan, bahwasannya : Rakyat Indonesia itu kan, masih bisa dikorbankan 1001 kali lagi, buat apa diperjuangkan!?



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun