BBM tidak jadi naik namun, semua bahan-bahan di pasar sudah naik dan ogah turun lagi. Segala demo menolak kenaikan BBM yang inovatif untuk memancing aksi anarkis dari kepolisian dan Aksi super norak anggota DPR bersidangtidak bisa mengembalikan harga yang sudah terlanjur naik di pasar. Sebelum isyu kenaikan BBM, beras rakyat jelata sudah Rp. 7000/liter. Kini, Beras kualitas kurang baik itu sudah berkisar Rp. 9500/liter, belum lagi harga cabai, bawang atau lada dan semua harga-harga yang melambung di pasar belum juga menunjukan kesediaan untuk turun lagi. Harga barang sudah seperti kelakuan seorang pejabat, mau naik ndak sudi turun!
Jika penyelenggara negara, Pemerintah dan DPR ngomong-ngomong kosong 6 kali saja tentang "BBM mau naik" maka, harga di pasar segera naik 6 x pula tanpa basa-basi ndak mau tahu pemerintah dan DPR itu cuma ngomong tok, ndak serius! Jika baru pada kali ke 7 omongan Pemerintah dan DPR BBM benar-benar jadi naik, berarti harga naik sudah 7 kali ditambah 1 kali selang 1 hari sejak BBM naik.
Jadi untuk menaikan sekali saja nilai BBM, rakyat bisa dikorbankan hingga 8 kali. Sebagaimana kata SBY, "Harga BBM dalam era saya, ada 3 kali kenaikan dan 3 kali penurunan," Jakarta, Sabtu (31/3/2012). Tetapi 3 kali penurunan harga BBM yang dilakukan SBY tidak otomatis menurunkan harga di pasar 3 kali juga! Faktanya, harga dipasar satu kalipun saja tak mau turun, apalagi mau sampai 3 kali turun, mustahilah itu! Dan mata uang rupiah pun rasanya makin tak laku dibelanjakan di pasar karena rentan dipermainkan naik turun omong kosong BBM! Nonsens, tetapi menjadi keuntungan nyata bagi tengkulak di pasar!
Lalu bagaimana, agar demo di jalanan menolak kenaikan BBM juga bisa berdampak tertolaknya kenaikan harga di pasar? Apakah harus bisa lebih inovatif lagi dalam memancing aksi anarkis kepolisian yang lebih besar? Kalau harga di pasar tak turun, apa gunanya berdemo? Cari fulus!? Cari nama!? Cari muka!?
Dan bagaimana sidang DPR bisa menurunkan harga di pasar? Apakah harus lebih norak lagi dan kalau perlu bersidang sambil bertinju? Kalau harga di pasar juga tetap tak mau turun, apa gunanya bersidang? Cari fulus diluar gaji? Cari sensasi? Cari tenar!?
Terus terang saja, 10 kali pembatalan kenaikan BBM berarti tersedia 10 isyu bagi para pecinta demo untuk mengais rezeki dengan memanfaatkan keluguan para junior, 10 agenda untuk DPR bersidang dengan dana rakyat, 10 masalah yang harus diatasi kepolisian dengan dana operasi dari rakyat. 10 kali harga bahan-bahan di pasar naik! Dan muara dari semua itu adalah, belum tereformasinya pandangan religius orang-orang aktifis politik yang ada di pemerintahan & DPR maupun aktifis yang ada di jalanan, bahwasannya : Rakyat Indonesia itu kan, masih bisa dikorbankan 1001 kali lagi, buat apa diperjuangkan!?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H