Kota Pusat Industri Otomotif Amerika, Detroit
DKI Jakarta sebagai salah satu kota besar di dunia dengan segala kebutuhan yang harus dipenuhinya bisa mengalami kebangkrutan finansial yang dapat berakibat instabilitas nasional. Salah urus pengelolaan keuangan dan salah membaca instrumen prioritas, bisa menjadikan DKI kota yang berkelebihan beban tanggungan namun tak lagi memiliki harapan.
Detroit, semisal kota pusat industri mobil Amerika ini, kebangkrutannya di mulai sejak tahun 1973 di masa Walikota Coleman'Young, Walikota kulit hitam pertama di Amerika. Coleman Young terpilih karena masyarakat Detroit berharap Coleman mampu mengatasi kekerasan rasial yang kerap terjadi dengan kepiawaiannya beretorika. Namun apa daya, Coleman tidak memiliki Visi ke depan yang berwawasan internasional dan ia bukan seorang managerial kota yang mumpuni. Coleman tipikal pemimpin kota bertaraf internasional yang memukau masyarakat dengan kemampuan utamanya: mengelola pencitraan semata.
[caption id="attachment_176384" align="aligncenter" width="594" caption="Perkampungan di Brazil"]
Detroit, kota magnet kaum urban Amerika, berpenghasilan bermilyar Dolar gagal mengelola kota yang dahulu'hanya berpenduduk kurang dari dua juta jiwa. Kini, Detroit hanya berpenduduk tidak lebih dari 915 ribu jiwa dengandua dari tiga penduduknya menganggur.
Detroit di tahun 2009 oleh majalah Forbes dinobatkan menjadi kota paling berbahaya di Amerika, terjadi lebih dari 1220 kasus kriminal per-100 ribu penduduk. Hingga total penduduk Detroit yang terbunuh sepanjang 2009 adalah 10980 jiwa. Majalah TIME juga tak segan mentahbiskan Detroit sebagai kota hantu dengan terlalu banyak gedung yang kosong dan terlalu sedikit penduduk. Jakarta semakin sesak, Detroit sebaliknya, jumlah penduduk Detroit terus menyusut.
Jika Detroit dengan beban yang lebih ringan saja bisa bangkrut, apalagi DKI yang memang telah sarat beban ini? Dapatkah diandaikan, jika Foke gagal dan DKI menuju jurang kebangkrutan maka, "ormas- ormas hantam kromo" yang marak sedikit- demi sedikit sejak krisis 1997 itu bermetamorfosa menjadi gank-gank kriminal di DKI? Sngguh mengerikan!
Ibukota Brazil, Rio de Janeiro tidak ingin ketinggalan, kesenjangan sosial yang terlalu lebar menyebabkan penduduk kota ini hanyut oleh rasa frustasi. Bergabung dengan kelompok kriminal adalah pilihan hidup yang menjanjikan.
8000 kasus pembunuhan terjadi sepanjang tahun 2010 lalu, hingga pemerintah Brazil mengerahkan serdadu lengkap dengan Tank dan Panzer hanya untuk masuk keperkampungan- perkampungan miskin di Rio, dimana disinyalir perkampungan kumuh merupakan tempat tinggal dari’banyak anggota gank-gank kriminal di kota itu. Salah satu ciri utama kebangkrutan suatu kota adalah angka kriminalitasnya menonjol karena kota gagal menarik investasi. Jakarta juga pernah mengalami fase nyaris bangkrut dikala tahun 1998. [caption id="attachment_125933" align="alignright" width="540" caption="Jakarta Riots 1998"]
Barometer awal adalah APBD DKI 2011, bukan dibandingkan dengan belanja kota Tokyo yang mencapai Rp. 700 Trilyun itu,- tetapi lebih dititik beratkan pada kemampuan DKI meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai bukti otentik kemampuan DKI menarik investasi.
Proyeksi kenaikan PAD DKI pada tahun fiskal 2011 ini sebesar 12,64 % dan proyeksi pertumbuhan ekonomi 7%. APBD DKI 2011 mencapai Rp 27,95 triliun terdiri dari Pendapatan Daerah sebesar Rp 25,52 triliun.
Secara keseluruhan, bila dibanding APBD Perubahan DKI 2010 sebesar 26,71triliun, maka APBD 2011 mengalami kenaikan 4,65 persen. Sedangkan angka proyeksi kenaikan inflasi nasonal sebesar 4,5% +Â 1. Sepintas sepertinya Foke hanya mampu mengenjot APBD 2011 berbanding APBD Perubahan 2010 sebesar kisaran inflasi nasional walau PAD-nya telah meningkat tajam lebih dari 12 persen. Katakanlah kinerja Foke di bidang dongkrak- mendongkrak duit Jakarta hanya mampu mencapai garis aman yakni, tidak lebih rendah Dari proyeksi besaran inflasi nasional. Dengan kata lain, Foke cuma becus bikin, "Duit lokal bisa tampil nasional" Untuk APBD-Perubahan 2011, otomatis laju inflasi akan semakin jauh tertinggal. Apakah lantas bayang-bayang kebangkrutan kota telah memudar dari Jakarta? Nanti dulu! Kebangkrutan Finansial bukanlah satu-satunya barometer kota menuju pailit! Masih ada lagi jenis bayang-bayang kebangkrutan lain, sebagai misal; kebangkrutan birokrasi, kebangkrutan ekosistem bahkan kebangkrutan informasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H