Teras Malioboro merupakan tempat yang diresmikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada awal Tahun 2022. Teras Malioboro diperuntukkan bagi para PKL (Pedagang Kaki Lima), yang dulunya berada di sepanjang Kawasan Malioboro. Pembangunan Teras Malioboro ini untuk mengembalikan fungsi dari Jalan Malioboro bagi para pejalan kaki atau turis yang sedang berlibur di Yogyakarta. Di mana sebelumnya dalam mengakses Jalan Malioboro, itu dipadati oleh para pedagang kaki lima. Pendiriaan Teras Malioboro juga tidak hanya untuk mengumpulkan PKL dalam satu tempat, tetapi juga menyediakan pelatihan sebagai pengembangan UMKM (Usaha Mikro dan Menengah) di daerah Yogyakarta.
Nama Teras Malioboro diberikan langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang di mana tidak hanya memiliki satu lokasi, tetapi terdapat 2 lokasi; Teras Malioboro 1 di Gedung eks-Bioskop Indra, tepatnya di seberang Pasar Beringharjo Yogyakarta dan Teras Malioboro 2 di Gedung eks-Dinas Pariwisata, tepatnya di sisi Utara Gedung DPRD DIY. Penyediaan dua tempat tersebut, dikarenakan pedagang yang berjualan di Teras Malioboro 1, melebihi kapasitas lapak tempat yang disediakan hingga tidak dapat menampung beberapa PKL yang ada. Sehingga diresmikan pula Teras Malioboro 2 di tahun yang sama dengan jumlah pedagang yang lebih banyak. Mereka terdiri dari pedagang yang tidak mendapat tempat di Teras Malioboro 1, serta para pendatang pedagang kaki lima lainnya. Saat ini untuk Teras Malioboro 1 terdiri dari kurang lebih 888 PKL dan Teras Malioboro 2 terdiri dari 1041 PKL.
Tidak hanya itu, Teras Malioboro 2 juga memiliki fasilitas toilet umum yang terdapat di pintu masuk Jalan Mataram dan pintu masuk Jalan Malioboro masing-masing dua, sehingga keseluruhan ada empat toilet. Toilet dapat diakses secara gratis bagi para pengunjung dan juga pedagang yang ada, dengan kondisi toilet dijaga kebersihannya oleh para petugas dan juga terdapat tulisan himbauan untuk menjaga kebersihan toilet.
Masuk lebih dalam Teras Malioboro 2 ini memiliki lorong atau jalan lurus yang di mana di samping kanan dan kiri diisi dengan lapak para pedagang. Lorong atau jalan itu disebut dengan blok, yang terdiri dari 25 blok sesuai huruf abjad dari A hingga Y. Tiap lapak memiliki ukurang yang beragam, dengan lapak lesehan memiliki ukuran yang lebih luas dibandingkan dengan lapak pakaian dan kerajinan. Penentuan tersebut dipetakan sesuai denah awal yang dibuat, dengan memperhatikan fungsi tempat sesuai dengan kebutuhan. Pada tiap lapak juga terdapat resapan air hujan yang dibuat langsung ke resapan tanah melalui pipa-pipa instalasi di setiap blok. Khusus untuk lapak kuliner, disediakan sejumlah tempat cuci tangan.
Contohnya pelatihan enterpreneurship yang mengajarkan tentang saat berjualan harus tetap ramah dan senyum terhadap pelanggan selelah apapun kita.". Wiwin sendiri merupakan salah satu pedagang di Teras Malioboro 2, yang berjualan kerajinan. Wiwin telah berjualan di tempatnya saat itu, sudah sejak awal Teras Malioboro diresmikan artinya Tahun 2022. Kerajinan yang dijual oleh Wiwin merupakan setoran dari orang lain. Terkait keuntungan yang didapatkan oleh Wiwin tidak ada nominal pastinya, "tergantung kalo pas lagi rame, untungnya bisa banyak. Ya! Tapi kalo pas sepi itu juga kadang hanya balik modal," ungkap Wiwin di tempat. Wiwin juga mengatakan senang bergabung di dalam Teras Malioboro 2, dikarenakan pelatihan yang diberikan sangat membantunya dalam berjualan.
Lain halnya dengan Yani, mengatakan bahwa telah mengikuti sekali pelatihan yang diadakan oleh Teras Malioboro 2. Pelatihan yang diikuti berupa pemanfaatan media digital dalam menghitung penjualan, serta pemanfaatannya dalam menjual secara online atau digital. Yani memiliki lapak pakaian dari anak-anak hingga dewasa, serta untuk pria atau Wanita. Lapak Yani dibuka setiap hari hingga  jam 12 malam. Yani mengatakan perbulan omset yang didapartkan sekitar 3 juta perbulan. "Saya sangat senang bergabung dalam Teras Malioboro, karena selain tempatnya gratis kita juga mendapat banyak pelatihan tentang cara berjualan. Kalo disuruh pindah saya tidak mau, sudah senang di sini." Ungkap Yani di lapaknya. "Untuk harga sendiri saya menjualnya sesuai dengan jenis kain, untuk yang katun saya biasa jual dengan harga 35 ribu hingga 45 ribu," tambahnya.
Pemberdayaan PKL atau Pedagang Kaki Lima yang ada di Teras Malioboro 2, baik dari pedagang hingga penjual memiliki pandangan yang beragam pada tempat tersebut. Teras Malioboro 2, tidak hanya menyediakan lapak secara gratis juga terdapat fasilitas baik dari toilet umum, area parkir, hingga ruang informasi. Terkait tempat ibadah, walaupun tidak berada di lahan yang sama, namun terjangkau dari Kawasan Teras Malioboro 2 ini.
Teras Malioboro 2 Â juga menyediakan berbagai pelatihan-pelatihan yang tujuannya untuk meningkatkan UMKM di Yogyakarta, yang di mana diharapkan tidak hanya sekedar berjualan tetapi para PKL memiliki sistem manajemen yang teratur, serta mampu memanfaatkan teknologi digital pada prosesnya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY melalui website resminya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI