Sebenarnya yang dibutuhkan bukan hanya alat, melainkan bantuan yang bersifat dinamis seperti pengelolaan, pemberdayaan, dan pengajaran terkait konservasi penyu. Jika alat saja yang diberikan tanpa ada pendampingan, tentu tidak bertahan lama apalagi jika alat rusak.
"Sebenarnya untuk dana konservasi penyu ini masih sangat kurang sekali," ungkap Daru kembali. Lantas cara yang mereka gunakan yakni dengan membuka konservasi untuk dijadikan tempat meneliti atau observasi mahasiswa atau para pelajar. Caranya dengan menyebarkan kegiatan konservasi melalui media sosial instagram 4k.yogyakarta.
Pada proses pemberian pengajaran pada para pengunjung, yang ditekankan bukan berapa banyaknya penyu yang berhasil dilepaskan ke pesisir pantai, melainkan membangun empati para pengunjung tentang pentingnya perawatan penyu ini, bagi menjaga kelestarian mereka agar tidak punah.Â
Pembangunan empati dengan menjelaskan gambaran perawatan penyu yang membutuhkan waktu panjang, hingg para tim harus melakukan patroli di malam hari, yang program kerja tersebut dilakukan dari April hingga Juni.Â
Bukan hanya sekedar mengamankan penyu hidup tetapi juga didata, penyu yang sudah mati juga dimasukkan ke dalam data. Hal ini dilakukan untuk meninjau populasi penyu yang ada, karena hingga sekarang populasi penyu di daerah Yogyakarta, tepatnya Bantul belum ada angka pasti jumlahnya.
Baiknya pemerintah lebih memperhatikan konservasi yang ada di Pantai Pelangi ini, bukan hanya dijadikan sebagai objek parawisata untuk wilayah Bantul, namun juga sebagai wujud kepedulian kepada makhluk hidup penyu yang berhabitat di dalamnya.Â
Bukan hanya pemerintah melainkan masyarakat setempat atau bahkan pendatang, perlu untuk peduli dengan konservasi yang adi di pantai pelangi ini. Jika bukan masyarakat yang bertekad untuk menjaga ekosistem pantai pelangi siapa lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H