Mohon tunggu...
Riza Fadzli
Riza Fadzli Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A colleger of Sebelas Maret University. Loves writing and teaching. Menulis karena banyak hal di kepala ini yang bisa dieksplore untuk dijadikan sebuah tulisan. Here i am. I stand where i'm supposed to be. Think and write, thats what i do. I'm a professional time-waster !!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Indonesia, Bangsa Bersahaja yang Kian Merana

12 Desember 2010   14:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:47 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia... ya, Indonesia bukanlah negara biasa, Indonesia merupakan negara bersahaja yang selalu bisa bangkit dari keterpurukan. Bencana alam sering mampir ke negeri ini, tapi kita selalu mampu bangkit. Untuk urusan kebesaran, siapa yang tak kenal akan kegagahannya di masa lampau? Indonesia yang berjuang sendiri untuk lepas dari belenggu penjajahan. Indonesia yang sangat disegani oleh bangsa-bangsa di dunia karena keberaniannya. Dan juga Indonesia yang dengan gagah kerap mengumandangkan lagu kebesaran Indonesia Raya di pentas dunia. Namun kini negeri ini seolah tidak berdaya lagi. Kebersahajaannya hilang. Terombang-ambing kesana-kemari mengikuti arus seperti kapal besar yang kehilangan nakhoda. Sebenarnya apa yang hilang dari negeri ini? Apa bangsa ini telah kehabisan "stok" Khalifah yang seharusnya menjaga bumi pertiwi ini dengan benar? Kita lihat sekarang keadaan rakyat Indonesia. Survei mengatakan bahwa tingkat kemiskinan turun dari 39 juta jiwa pada tahun 2006 menjadi 31 juta jiwa pada tahun 2010. Apa itu benar? Apa kita tau indikator-indikator kemiskinan itu sudah benar? Atau jangan-jangan survei hanya menjadi sekedar alat politik belaka? Kenapa masih banyak orang yang istilahnya "kurang beruntung" harusnya menjadi PR buat pemerintah kita. Kalo bisa memilih, pasti mereka (para orang yang kurang beruntung) akan memilih untuk dilahirkan dalam kondisi yang serba berkecukupan. Manusia mana yang ingin hidupnya serba kekurangan? Tapi nasib berkata lain, inilah nasib nasib mereka, jalan yang harus mereka tempuh. Untuk berjuang bebas dari kemiskinan memang bukan perkara yang mudah bagi mereka. Mereka butuh uang untuk hidup, juga untuk memperbaiki hidup keturunannya seperti sekolah, kuliah ataupun modal usaha. Mereka butuh perhatian dari para elit negeri ini, tapi apa yang dilakukan para elit disana? Sibuk mendebatkan RUU, membuat keruh di daerah yang sudah damai, Korupsi dimana-mana. Apakah mereka tidak sadar kalau rakyat miskin yang mungkin jarang mereka pikirkan itu juga mempunyai andil besar dalam membawa mereka sekarang ke tempat yang nyaman yang bahkan rakyatnya sendiri tidak pernah sedetikpun bermimpi untuk berada di sana. Di tempat mewah nan megah bersama para anggota dewan terhormat. Mereka hanya punya satu mimpi, hidup lebih baik tanpa kebusukan. Mereka butuh perhatian untuk itu, bukan sengaja dibiasakan hidup dalam kehidupan kronis yang akan berakhir secara tragis.

1292162488545117094
1292162488545117094

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun