Mohon tunggu...
RIZA RIZKI FAOZAN SYAKUR
RIZA RIZKI FAOZAN SYAKUR Mohon Tunggu... Dosen - ...

Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Money

Analisis Menggitik Tak'jil Masjid Mengetuk Pemikiran

13 Juni 2016   14:35 Diperbarui: 14 Juni 2016   13:49 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ketika bulan ramadhan datang suasana berbeda menghinggapi kaum muslimin, bulan yang penuh keberkahan. banyak pedagang dadakan yang berjejeran di pinggir jalan, banyak umat muslim saling maaf-maafan . ini sering terjadi ketika mau tiba bulan ramadhan atau pas hari raya idhul fitri. perlu disadari suasana ini hanya terjadi pas bulan ramadhan dan ketika tak'Jil mempunyai hal menarik yang perlu dicermati.

Entah disadari atau tidak Ta'jil Masjid menjadi alat pemersatu, membuka pandangan. arti Takjil diadopsi dari kata Ta’jil dalam bahasa Arab yang artinya bersegera atau menyegerakan. bahwa Rasulullah SAW mensunnahkan untuk menyegerakan berbuka puasa ketika waktu maghrib telah tiba. Diceritakan dari Sahal Ibn Saad, Rasulullah SAW, bersabda:”Manusia selamanya dalam kebaikan, selama ia menyegerakan berbuka puasa”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Nilai- nilai yang terkandung dalam Ta'jil Masjid:

1. Nilai Ketuhanan

Ta’jil dalam bahasa Arab yang artinya bersegera atau menyegerakan. dalam makna ini bersegera dalam berbuka puasa, rukun islam ke empat. ini tidak lepas dari Ideologi negara indonesia sesuai dengan Sila pertama "Ketuhanan yang Maha Esa". 

Dan diataspun sesuai dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 1 yang berbunyi "“ Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa ” oleh karena itu negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat, menurut agama dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945).

Dalam arti luas Jaminan kemerdekaan beragama yang secara yuridis constitutional ini membawa konsekuensi pemerintah sebagai berikut:

  • Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan keagamaan yang sehat.
  • Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran agama, baik penyebaran agama dalam arti kualitatif maupun kuantitatif.
  • Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama.
  • Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama.

2. Nilai Persaudaraan

Melihat keadaan dikota besar tidak terlepas dari kesibukan sehari-hari. menjadi alternatif masjid mempererat persaudaran malah masjid dikota-kota besar diindonesia mempunyai peran lebih yaitu menyatukan suku, ras dan bahasa yang berbeda  tidak kemungkinan dengan ta'kjil membuka persaudaraan baru antar manusia yang berkumpul dalam satu tempat. 

Ini sesuai dengan Makna yang di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap satu itu.  Bhinneka Tunggal Ika dalam Persatuan Indonesia bermakna walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan.

Dalam kajian Islam silaturahmi sesuai Abu Hurairoh r.a: Rosul bersabda barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya, dan di panjangkan umurnya, hendaklah dia menyambungkan silaturahmi (H.R. Bukhori). Dalam kehidupan sehari-hari manusia untuk hidup bersosial, yaitu selalu hidup dalam keadaan saling membutuhkan. Islam sangat memperhatikan hal ini dalam banyak pembahasan fiqih tentang tatacara bermuamalah salah satunya adalah pembahasan tentang akhlak manusia dengan sesamanya.

3. Nilai Pendidikan

Melihat sebelum buka puasa ada penceramah untuk memberikan kajian Islam dalam bulan ramdhan, ini bisa melihat nilai pendikan untuk memperkuat iman, memahami Islam dan menjadikan bedoman.

MENURUT UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Peran pendidikan bukan hanya di kelas formal saja karena hal ini dirasa masih kurang karena melihat kejadian-kejadian yang terjadi dimasyarakat. melihat tawuran pelajar, prilaku pacaran anak tidak mencerminkan manfaat dari pendidikan dan ketika anak berani melawan orang tua. oleh karana itu dituntutnya peran orang tua di bantu masyarakat untuk menciptakan pendidikan diluar kelas formal.

Masih banyak yang perlu dikaji tentang apa sih di balik Ta'jil itu dan banyak manfaat yang belum dibuka. Tak'jil menjadi daya tarik tersendiri tapi disisilain memberikan Keberkahan. Tak'jil sebagai perantara untuk bisa mengenal arti  Nilai Ketuhanan, Nilai Kebersaman, pendidkan bahkan Nilai Plurarisme. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun