Mohon tunggu...
Riza Natul
Riza Natul Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekolah Bukan Sekadar Tempat Mencari Nilai

1 Mei 2018   23:09 Diperbarui: 1 Mei 2018   23:55 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah yang muncul dipikiran kalian jika mendengar kata SEKOLAH ?

Mayoritas  orang hanya mengganggap sekolah sebagai tempat menuntut ilmu, mencari ijazah/gelar dan mencari nilai. Memang  benar bahwa sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu, tetapi apakah  ilmu yang dimaksud harus selalu menurut buku? apakah menuntut ilmu di  sekolah harus terpaku kepada buku ? dan apakah sekolah selalu tentang nilai/ijazah?

Rasanya tidak 

Mayoritas  sekolah di Indonesia hanya memfokuskan anak didiknya agar mereka  menguasai seluruh teori yang ada di buku. Sedangkan mereka lupa bahwa  setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Tidak semua anak suka  membaca, berhitung, dll. Ada anak yang senang membaca dan cepat  memahami materi dengan membaca. Tetapi ada pula anak yang sangat lambat  dalam memahami tulisan tulisan di buku.

Orang tua dan guru di Indonesia juga masih terlalu fokus pada pencapaian akademik anak didiknya, padahal sebenarnya prestasi non akademik juga penting untuk dikembangkan dalam diri anak.

Setiap orang pasti  memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga anak - anak. Kita tidak  bisa memaksa mereka untuk memahami sejuta teori yang ada di buku.  Harusnya orang tua dan pihak sekolah tidak hanya berfokus pada hasil  akademik anak saja, tetapi harusnya mereka juga melakukan pemetaan bakat  minat  pada setiap anak agar minat dan bakat anak dapat dikembangkan.

Pemetaan  minat dan bakat anak sebenarnya juga bisa memudahkan guru untuk  menyiapkan metode yang cocok untuk menyampaikan materi kepada anak agar  mereka bisa memahami materi dengan maksimal. Setelah guru mengetahui  minat dan bakat si anak, guru harus bisa memadukan antara penyampaian  materi dan mengembangkan minat dan bakat sang anak. Supaya anak tidak  hanya mendapatkan ilmu pengetahuan secara teori tetapi juga secara real,  dan juga mereka memiliki soft skill yang dapat dikembangkan.

Di  zaman milenial seperti sekarang ini, sudah bukan zamannya guru dan orang  tua  memaksa anaknya untuk memahami sejuta teori buku karena pada  kenyataannya hidup tidak melulu soal teori, tetapi bagaimana praktek  secara nyata di kehidupan sehari - hari. Teori memang peelu, tetapi praktik lebih penting. 

Maka dari itu STOP berfokus pada nilai,  percuma nilai tinggi kalau ternyata hasil mencontek, percuma nilai  tinggi kalau besoknya sudah lupa materi. Lebih baik mengembangkan soft  skill yang benar benar bisa digunakan dan bermanfaat bagi masyarakat  sekitar dan bangsa Indonesia dimasa yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun