Kawasan Timur Indonesia tidak pernah kehabisan pesona alamnya yang indah. Bentangan keindahan alam tersebut membuat siapapun ingin berlama -- lama dan betah menikmati suasana alamnya.
Hamparan pegunungan karst (kapur) zaman purbakala melintasi Jalanan Poros Maros -- Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) terbentang nan indah membawa anda kepada suasana layaknya di sebuah tayangan film KONG dan anime. Keindahan layaknya sebuah film ini hanya berjarak tidak jauh dari kota Makassar. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai pesona bentangan alam pegunungan karst Maros -- Pangkajene.
Memulai perjalanan dengan rintikan hujan di pagi hari, 12 Desember 2021 dengan mengendarai kendaraan pribadi bersama dengan dosen pembimbing lapangan dan teman -- teman satu kelompok diwarnai dengan keterlambatan waktu berangkat dikarenakan hujan yang awalnya hanya rintik -- rintik berubah menjadi guyuran hujan.
Destinasi awal kami adalah Situs Prasejarah Goa Leang -- Leang, Konservasi Kupu -- Kupu Bantimurung, Rammang-Rammang, dan destinasi seputaran Maros -- Pangkajene lainnya. Usai hujan sedikit mereda, pada pukul 09.20 kami berangkat menuju destinasi. Destinasi pertama kami menuju Goa Leang -- Leang, namun dibatalkan dikarenakan lokasi wisata sedang ditutup sementara waktu.
Lalu, kami memutuskan untuk mengunjungi destinasi lainnya, yaitu kompleks goa purbakala Maros. Mungkin ada beberapa nama goa yang cukup terdengar asing bagi sebagian orang. Saya dan teman -- teman mengunjungi Goa Bulu Sumi. Goa Bulu Sumi merupakan sebuah goa prasejarah yang berada di komplek goa prasejarah Maros.
Didalam lokasi goa ini banyak terdapat gundukan sampah makanan masa perbakala, tulang belulang hewan, dan alat masak manusia zaman purbakala. Perjalanan menuju Goa Bulu Sumi sangat terjal dan licin dikarenakan baru saja diguyur hujan deras dengan medan tangga yang penuh lumut sehingga wisatawan harus ekstra hati -- hati dalam melangkahkan kakinya.
Selama menempuh perjalanan yang melelahkan, ditengah perjalanan ada salah satu sumber mata air yang konon dapat diminum tanpa dimasak. Benar saja, saya sontak langsung mencoba untuk meminum sumber mata air tersebut.
Rasa dari mata air tersebut sangat jernih dan segar sekali. Setelah puas dengan nikmatnya mata air tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke dalam Goa Bulu Sumi. Ketika tiba disana, kami disajikan pemandangan yang khas ala peradaban manusia purbakala.
Namun, sayangnya beberapa jejak lukisan manusia purbakala di dinding goa sudah memudar. Sehingga tidak dapat terlihat dengan jelas. Namun, beberapa keterangan dari papan informasi yang ada di setiap sudut perjalanan cukup membantu wisatawan untuk memahami seluk beluk setiap lokasi yang akan dituju.
Tidak lupa juga saya mengambil beberapa foto selama di lokasi, ini merupakan perjalanan yang menurut saya sebagai perjalanan yang tidak boleh dilewatkan dan merupakan salah satu pengalaman berharga. Ketika sudah selesai menarik nafas dan istirahat sejenak, saya dan teman -- teman lainnya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri hutan karst yang masih asri ini.
Bentangan pohon yang hijau terhampar luas dengan suara pekikan hewan -- hewan yang memecah kesunyian membuat siapapun betah berada disini. Destinasi selanjutnya yang akan kami jelajahi adalah Kawasan Penangkaran Kupu -- Kupu Bantimurung.