Mohon tunggu...
Sosbud

Pangan Indonesia

24 Januari 2019   09:34 Diperbarui: 24 Januari 2019   09:35 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada umumnya masyarakat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Hal ini menjadikan beras sebagai sumber pangan utama dan komoditas pertanian yang sangat penting, tidak hanya dilihat dari sisi produsen tetapi juga dari sisi konsumen. Lalu bagaimana produksi beras Indonesia saat ini?. Sudahkah cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya?. Apakah Indonesia sudah swasembada beras?. Jawabannya belum.

Swasembada beras Indonesia masih belum tercapai, hal ini terlihat dari masih tingginya Impor beras dari negara lain. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik, dari bulan Januari sampai Juni 2017 Indonesia telah melakukan impor beras sebanyak 130,9 ribu ton atau senilai US$ 65,5 juta. Kondisi ini sangat menyedihkan mengingat pada tahun 1984 Indonesia dianugerahi penghargaan sebagai negara swasembada pangan oleh FAO. Tentu hal ini merupakan sebuah kemunduran bagi Indonesia, lalu apa penyebabnya?

Semua aspek berperan terhadap kemunduran swasembada pangan terutama komoditi beras di negeri ini. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan untuk mengatur kebijakan pertanian dinilai kurang berpihak kepada petani, lemah dalam mengawasi dan mengontrol mekanisme pasar. 

Pemerintah seharusnya dapat mengatasi masalah mafia yang pasar, yang akan berdampak pada permainan harga komoditas pertanian di pasaran hingga pada ujungnya yang dirugikan adalah petani. Petani sebagai kunci dari produksi, jumlahnya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. 

Paradigma masyarakat Indonesia yang menganggap petani sebagai profesi marginal kelas bawah dengan pendapatan rendah, menjadikan generasi penerus pertanian semakin sedikit dari waktu ke waktu. Konversi lahan sawah menjadi lahan pemukiman maupun lahan industri yang marak saat ini berpengaruh signifikan terhadap penurunan produksi beras sehingga swasembada beras mengalami kemunduran. 

Masyarakat Indonesia sebagai konsumen memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap beras, masyarakat kurang berminat untuk mengkonsumsi sumber karbohidrat lain selain beras. Hal tersebut berdampak pada tingginya permintaan beras, tetapi produksi beras kian menurun. 

Faktor lain yang turut berperan dalam kemunduran swasembada pangan adalah pemanfaatan fasilitas pertanian yang kurang optimal. Bahkan menurut Kementrian Pertanian, kerusakan infrastruktur irigasi mencapai 52%. Padahal irigasi sangat dibutuhkan dalam produksi padi.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah swasembada beras, salah satunya adalah program Nawacita yang dicanangkan oleh presiden Joko Widodo, tetapi hasilnya juga tak kunjung menjadi nyata. Strategi untuk mencapai swasembada beras adalah dengan cara meningkatkan jumlah produksi beras nasional dan atau menurunkan jumlah permintaan beras nasional. 

Peningkatan produksi beras nasional dapat dicapai dengan cara menambah jumlah lahan sawah produktif baru sebagai pengganti lahan sawah yang beralih menjadi lahan pemukiman maupun lahan industri, memperbaiki citra petani di mata generasi muda sehingga jumlah petani tidak terus menerus menurun, peningkatan indeks pertanaman padi melalui pengelolaan sawah yang terintegrasi, perbaikan infrastruktur pertanian terutama jaringan irigasi sebagai nadi penyuplai kebutuhan air tanaman padi, peningkatan kualitas penyuluhan kepada para petani serta diversifikasi pangan bagi masyarakat Indonesia. 

Namun yang terpenting dari semua usaha tersebut adalah revolusi mental semua elemen manusia Indonesia, sehingga Indonesia dapat maju dan berdaulat dalam segala aspek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun