Mohon tunggu...
Riza Novara
Riza Novara Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta, dosen, penikmat sosial, musik, dan film

pengamat sosial, musik, dan film

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Jurus Pamungkas John Wick

26 Maret 2023   14:43 Diperbarui: 26 Maret 2023   14:47 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
John Wick (sumber: detik.net.id)

Film ini bukanlah sekedar film mengenai upaya balas dendam, tapi film ini mengenai perjuangan seorang John Wick untuk lepas HighTables, mafia dunia yang selama mengikat kehidupannya.

Sebagai sebuah film yang merupakan kelanjutan dari film sebelumnya (sequel), menjadi sangat membantu apabila kita bisa memahami alur cerita pada episode sebelumnya John Wick 3: Chapter 3 Parabellum (JW 3). Dan sebagai film sequel, John Wick: Chapter 4 (JW 4) ini juga memiliki sebuah beban ekspektasi bahwa film ini secara kualitas dan kehebohannya harus lebih baik dari film sebelumnya. Dan ternyata Chad Stahelski sebagai orang yang duduk di kursi sutradara berhasil melaksanakan tugas tersebut dengan sangat baik. 

Menyambung pertarungan yang terjadi di Hotel Continental New York pada JW 3, yang membuat John Wick (masih diperankan oleh Keanu Reeves) "terbuang", kini upaya perlawanan pun dimulai dari awal film ini. Yang pertama menjadi tujuan John Wick adalah langsung ke pimpinan tertinggi High Tables yang bernama The Elder (diperankan oleh George Georgiu). Dengan mudahnya misi ini tuntas dilaksanakan. Tapi alih-alih melumpuhkan organisasi dunia tersebut, kematian The Elder malah membuat anggota High Tables meradang

High Tables pun mengutus Marquis Vincent de Gramont (diperankan oleh Bill Skarsgard) untuk melakukan pemburuan terhadap John Wick. Sementara itu perintah bunuh berhadiah pun terus disebarkan kepada seluruh jaringan High Tables dengan nilai yang terus meningkat dari 20 juta US dollar atau setara dengan 300 Milyard rupiah. Disamping itu Winston (diperankan oleh Ian McShane) pun sebagai manager Hotel Continental di New York pun mendapatkan hukuman yang luar biasa berat karena dinilai menyembunyikan Wick di hotel tersebut. Kesalahan tersebut harus dibayar dengan nyawa sang Duty Manager yang bernama Charon (dieprankan oleh Lance Reddick) dan kehancuran dari Hotel Continental New York yang dilakukan oleh Marquis.

Marquis mulai melakuan perburuannya dengan menyeret seorang pembunuh bayaran tuna netra bernama Caine (diperankan oleh Donnie Yen) yang juga merupakan sobat lama Wick. Marquis berhasil memaksa Caine untuk turut berpartisipasi memburu Wick. Jadi kini banyak pihak yang memburu Wick disamping tim Marquis, para pemburu bayaran yang terjalin dengan jaringan High Tables, Caine dan ditambah seorang yang entah dari mana muncul bernama Mr. Nobody (diperankan oleh Shamier Anderson) beserta seekor anjing pemburu yang memanfaatkan peluang untuk mendapatkan uang besar.

Dan apa yang terjadi selanjutnya? Kemanapun John Wick pergi selalu membawa kehancuran di tempat itu, karena banyaknya pihak yang terus memburunya. Termasuk ketika hadir di Hotel Continental Osaka yang dikelola oleh Shimazu Koji (diperankan oleh Hiroyuki Sanada), pertempuran pun tidak terelakkan karena Koji berusaha melindungi Wick dari kejaran para pemburunya. Keberpihakan Koji pun harus dibayar mahal.

Winston yang kini sudah tidak memiliki apa apa lagi, memberikan sebuah usulan untuk menghentikan ini semua yaitu dengan melakukan duel dengan Marquis, hal tersebut memang dimungkinkan dan tercantum dalam aturan dan adab yang dianut oleh High Tables. Masalahnya adalah pengajuan permintaan untuk melakukan duel tersebut hanyalah bisa dilakukan oleh internal keluarga High Tables, sementara itu status John Wick adalah sebagai Excommunicado alias kehilangan keanggotaan dan kehilangana seluruh fasilitas sebagai anggota.

Tahap yang harus Wick lakukan adalah harus bergabung dengan salah satu keluarga di High Tables tersebut dan pilihan yang dimiliki adalah bergabung dengan Ruska Roma. Dan tentunya tidak semudah itu juga untuk meminta dukungan dan bergabung dengan keluarga ini. Pimpinan keluarga ini bernama Katia (diperankan oleh Natalia Tena) memberikan syarat ke Wick untuk membunuh terlebih dahulu Killa (diperankan oleh Scott Adkins). Seorang yang telah melakukan pembunuhan terhadap orang tua Katia. Perjuangan pun harus dilakukan untuk memenuhi syarat Katia untuk bisa mengajukan permohonan duel tersebut.

Setelah usai melakukan perjanjian untuk duel tersebut, perjuangan terakhir yang harus Wick lalui adalah berusaha untuk mencapai tempat duel sesuai dengan waktu yang ditentukan. Karena Marquis berusaha mati-matian untuk menghabisi Wick sebelum waktu duel tiba.

Adegan laga di film ini berlangsung dengan sangat padat. Hamburan peluru terjadi seakan tanpa hentinya dan kedua pihak yang mempergunakan jas dengan bahan kavelar yang membuatnya menjadi setelan yang anti peluru, membuat satu tembakan saja tidak cukup. Overkilled terjadi sepanjang film, untuk memastikan sang musuh sudah benar benar tidak berdaya.

Chad Stahelski sebagai sutradara dan seluruh tim produksi film ini, berhasil menaikkan kualitas film ini ke level yang lebih tinggi dari film sebelumnya. Dipastikan konsep dan persiapan yang lebih mendetail membuat film ini menjadi "berbeda" dari sekedar film laga. Beberapa hal yang membuat film ini berbeda.

Pertama, adegan-adegan yang berlangsung di film ini, baik adegan laga atau bukan berlangsung di tempat-tempat ikonik, yang membuat adegan tersebut berlangsung lebih menarik dan indah.

Adegan kejar-kejaran dan adu balap mobil yang sudah menjadi salah satu resep film John Wick, di film ini dilakukan di salah satu tempat tujuan wisata dan bersejarah di Kota Paris yaitu Arc de Triomphe. Walaupun adegan balap yang terjadi di tempat ini bukanlah pertama kali diangkat di film laga, tapi tetap saja membuat film ini menjadi lebih bernilai.

Pertemuan yang menghasilkan kesepakatan terhadap duel antara John Wick dan Marquis (yang kemudian diwakilkan oleh Caine) dilakukan di Trocadero Square dengan latar belakang Menara Eifel. Juga menjadikan adegan tersebut bukan hanya sekedar kesepakatan biasa.

Tidak kalah indahnya adalah ketika Winston menawarkan proposal untuk duel atas nama Wick kepada Marquis juga dilakukan di sebuah museum Louvre yang cukup terkenal di Kota Paris.

Sangat jelas bahwa pemilihan lokasi pengambilan gambar menjadi salah satu komponen penting dalam produksi JW 4, sesuatu yang mungkin tidak terlalu diperhatikan atau terabaikan di film-fim John Wick sebelumnya. Dan memang upaya ini cukup terbayarkan menjadikan film John Wick: Chapter 4 ini menjadi lebih berkelas.

Kedua, koreografi laga di film ini dilakukan dengan sangat baik dan pastinya sebuah kerja keras, karena tidak terlalu banyak pengulangan atas gerakan yang terjadi, sementara banyak sekali adegan laga yang harus dilakukan. Tuntutan kreatifitas untuk adegan laga di film ini cukup tinggi.

Pertarungan yang terjadi di Hotel Continental Osaka yang sesungguhnya pengambilan gambar dilakukan di The National Art Center, Tokyo menjadi salah satu adegan laga yang tidak terlupakan di film ini. Ada hal unik yang terjadi pada koreografi laga disini, dimana Shimazu Koji, Wick, Caine dan beberapa orang lainnya menggunakan kombinasi senjata tradisional Jepang Katana dengan pistol modern di tangan lainnya. Sebuah kombinasi antara senjata dunia timur dan barat, kombinasi senjata tradisional dengan senjata modern. Ide menggabungkan atau kombinasi kedua senjata ini merupakan salah satu ide brillian dan pengambilan gambar yang detail dan digarap dengan baik membuat adegan laga yang berlangsung di Hotel Continental Osaka ini menjadi adegan yang sulit untuk dilupakan.

John Wick kali ini harus meluangkan waktu yang tidak sedikit untuk berlatih keras mempergunakan senjata Nunchaku yang menjadi bagian dari adegan laga. Walaupun bisa dikatakan penggunaan Nunchaku oleh John Wick ini memang tidak sempurna, tapi cukup memadai, karena senjata ini juga belum pernah dipergunakan di film-film John Wick sebelumnya.

Pertarungan yang terjadi di tangga di Kota Paris, pengambilan gambar dilakukan di Place Suzanne Paladon yang terdiri dari 222 anak tangga, juga menjadi bagian pertarungan yang dramatis. Karena kita dibawa untuk seakan-akan ikut merasakan bagaimana beratnya pertarungan yang terjadi, perjuangan menaiki anak tangga satu persatu, kemudian harus jatuh lagi ke anak tangga yang lebih rendah, terus menerus terjadi membuat kita kadang harus menahan napas menikmati pertarungan tersebut. Ide pertarungan yang dilakukan di anak tangga ini juga merupakan salah satu ide brillian dari penggarapan film ini.

Ketiga, ada beberapa adegan dimana pengambilan gambarnya memiliki angel yang berbeda. Ada bagian pertarungan yang diambil dengan high angle yaitu pengambilan gambar dilakukan dari arah tepat diatas adegan tersebut berlangsung, juga memberikan nuansa yang berbeda dan menghasilkan gambar yang tidak biasa.

Hal-hal tersebut diatas adalah beberapa hal yang membuat film John Wick: Chapter 4 ini memiliki level kualitas yang lebih dibanding dengan film John Wick sebelumnya. Sebuah kerja keras dari sutradara dan tim produksi yang terbayar dengan hasil film yang luar biasa.

The last but not least, tanpa peran para aktor yang bermain dengan baik, rasanya juga sulit menjadi sebuah film yang diapresiasi tinggi oleh masyarakat. Dan sebagai sebuah film laga, kemampuan laga dari pemain menjadi salah satu tolok ukur penting yang menjadi dasar penilaian. Ada beberapa aktor yang mendapatkan perhatian khusus.

Keanu Reeves, sebagai aktor utama yang menjadi spot utama dalam film ini, Keanu Reeves masih berperan dengan baik. Totalitas yang diberikan dan juga kemauan untuk terus belajar sesuatu yang baru (berlatih Nunchaku salah satunya) dan kemampuan beladiri serta kelenturan badannya, membuat Keanu Reeves berhasil memerankan peran ini dengan sangat baik.

Ada 2 orang aktor asal benua Asia yagn mempunyai peran besar di film ini yaitu Hiroyuki Sanada dan Donnie Yen. Hiroyuki Sanada yang merupakan aktor senior laga yang sudah memerankan beberapa peran penting dalam beberapa film laga sebelumnya, menjadikannya seorang aktor yang berperan dengan baik di film ini. Demikian juga dengan Donnie Yen, dengan kemampuan beladiri yang dimilikinya sepertinya tidak terlalu sulit untuk memerankan seorang pembunuh bayaran dengan skill bela diri. Sepertinya satu-satunya tantangan yang dimiliki Donnie Yen di film ini adalah untuk menjadi seorang Tuna Netra.

Dan yang terakhir yang perlu mendapatkan sedikit komentar adalah Shamier Anderson yang sepertinya agak kurang greget untuk memerankan seorang pembunuh bayaran lepas. Membuat Mr. Nobody seakan menjadi sebuah tempelan yang tidak terlalu terkait dengan plot cerita.

Walaupun film ini juga meninggalkan kisah sedih karena film ini merupakan film terakhir dari Lance Reddick sang Duty Manager Hotel Continental New York yang bertarung habis habisan bersama John Wick di John Wick: Chapter 3 Parabellum.

Selesai menikmati film ini, sedikit ketakutan muncul di pikiran saya. Akankah ini berlanjut ke film kelimanya? Kalau benar akan berlanjut, apakah tim produksi akan mampu menaikkan ke level yang lebih tinggi lagi dengan tidak mengorbankan kelogisan yang terjadi. Pastinya ini sebuah tantangan yang sangat besar. Karena pastinya ekspektasi penonton akan lebih tinggi lagi pada John Wick seri berikutnya. Kita lihat bagaimana perkembangan selanjutnya.

Sebuah film wajib bagi para penggemar film laga, dan film ini berpotensi menjadi salah satu film laga terbaik di tahun ini.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun