Nah, di sini, di dunia, yang memverifikasi manusia. Fitrahnya masih doyan duit. Bukan malaikat. Verifikasi pun dilakukan di ruangan ber-AC. Kalau ada yang keliru atau belum dilaporkan masih punya kesempatan untuk mengklarifikasi. Mulut juga masih terbuka. Bisa bicara dan nggedabrus apa saja. Anggota tubuh yang lain masih dibawah kendali mulut dan nafsu yang memerintahkan semua anggota tubuh untuk diam tak melawan. Tuhan saja masih bisa dibohongi apalagi cuma KPK.
Walaupun cuma KPK tapi itu bikin gentar, makanya gedubrakan mempersiapkan LHKPN. Seharusnya lebih mempersiapkan diri dengan pertanggungjawaban yang pasti akan datang di hari akhir itu karena yang memverifikasi lebih dahsyat dan mengerikan daripada KPK.
Jika dari hasil verifikasi atas Laporan Harta Kandidat Penghuni Nirwana itu ternyata sudah benar serta amal baik lainnya lebih berat timbangannya daripada amal buruk maka bersiaplah menerima dari depan buku catatan amal dengan tangan kanan. Jika tidak, maka akan dilempar kepada kita buku tersebut dari belakang atau dari kiri.
Merinding. Dan hari ini tiba-tiba saya teringat dengan doa ini: Allahummarzuqna rizqan halalan, katsiran, thayyiban, mudha'afan, mubarakah. Ya Allah berilah kepada kami rizki yang halal, banyak, baik, berlipat-lipat, dan berkah. Salah satu rizki yang baik juga adalah kalau kita dapat teman yang baik. Sudah?
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
19 Juni 2011
Thanks to Mbak Dewi Damayanti yang telah menyumbangkan
kalimat bagus ini: "bukankah teman itu ibarat harta?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H