Sosok sederhana nan bijak,pola hidupnya menjadi paradigma bagiku,beliau bukan ibuku,bukan eyangku,bukan juga saudara dekat.tapi sangat bersahabat,walsu usia terbentang jauh namun dia adalahSosok yang membentuk karakterku,bukan hanya dengan kata kata,namun setiap tindakan dan keputusannya mngajariku untuk hidup tanpa pura pura,hidup transparan,jangan pernah sembunyi dibalik tirai.ya..aku terpesona dengannya,dia sudah tidak ada lagi,namun masih terekam didalam ingatanku,ketika sebagian hidupnya dihabiskan untuk orang lain,bukan hanya untuk darah dagingnya,namun untuk anak anak tak ber ayah,tak berpunya seperti aku dulu,dia membenci kapitalisme,penjajahan terselubung di negri ini yang jarang orang menyadarinya,dia mengatakan kepadaku penjajahan belanda lebih bermoral daripada penjajahan yg dilakukan oleh orang orang negri ini,itu dulu ketika aku baru saja mengenal rasa,baru saja tahu makna cinta,namun sosok yang kukagumi ini lebih mengenalku lebih dari aku mengenal diriku,kenangan itu  sampai kubawa hingga kini,setelah 25 tahun berlalu setelah kepergiannya,penjajahan itu tetap ada,setelah namanya sudah dilupakan bahkan oleh anak anaknya,penjajahan itu semakin parah,kasih kebanyakan orang sudah menjadi dingin,negri ini dipenuhi oleh manusia manusia yang rakus seperti kucing lapar,aaah..terusik aku oleh pribadi yang sedap dilihat,namun sudah tidak ada lagi untuk bisa dilihat,beliau kupanggil Bude Siti Maningrum,cintamu,idealismu,senyum murnimu tadi malam mengusik mimpiku...tugasku sekarang menyampaikan pada bangsa ini untuk kembali pada cinta,cinta yang tidak pura pura..hahaha, apa bisa ya bude..?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H